
Ilustrasi via CCN
Ilustrasi via CCN
Cyberthreat.id - Kelompok peretas yang disponsori negara Korea Utara diduga berada di balik beberapa serangan siber terbesar terhadap bursa pertukaran mata uang kripto.
Menurut outlet media Korea Selatan Chosun, seperti dikutip Security Affair (2 Januari 2022), hacker Korea Utara telah mencuri cryptocurrency senilai sekitar US$1,7 miliar (setara Rp24,2 triliun) dari berbagai bursa selama lima tahun terakhir.
Menurut media lokal, jaksa federal Amerika Serikat percaya bahwa pemerintah Korea Utara menganggap cryptocurrency sebagai investasi jangka panjang dan mengumpulkan uang kripto melalui kegiatan ilegal.
Dalam laporan rahasia yang dikutip oleh Chosun, Badan Intelijen Nasional AS (DNI) menemukan bahwa Korea Utara membiayai 'kebijakan prioritasnya', seperti pengembangan nuklir dan rudal, melalui kejahatan dunia maya. Pakar pemerintah memperhatikan bahwa aktor negara-bangsa tidak segera menguangkan semua aset kripto yang dicuri untuk membuat cadangan dana crypto.
“Mengutip Badan Keamanan Dunia Maya dan Infrastruktur AS (CISA), media melaporkan bahwa semua bank di dunia menjadi sasaran serangan siber Korea Utara. Dilaporkan juga bahwa Korea Utara melakukan kejahatan dunia maya seperti mencuri rahasia pertahanan dari negara-negara besar, menggunakan ransomware untuk mencuri dana, membajak mata uang kripto, dan “mencuci” hasil kejahatan menjadi mata uang kripto.” tulis Chosun.
“Kemudian, mengutip hasil investigasi oleh Amerika Serikat dan Dewan Keamanan PBB, diperkirakan keuntungan penipuan rezim Kim Jong-un dari kejahatan dunia maya telah mencapai US$2,3 miliar (sekitar 2,7 triliun won).”
Laporan tersebut menyatakan bahwa serangan terkait Korea Utara menggunakan malware AppleJeus untuk mencuri cryptocurrency. Menurut Bloomberg, beberapa versi Apple Zeus telah digunakan dalam serangan terhadap entitas di 30 negara sejak 2018, dan menurut penyelidikan PBB dan AS, antara 2019 dan November 2020, peretas Korea Utara mencuri $316,4 juta dalam cryptocurrency melalui program ini.
Menurut Chosun, ketergantungan Korea Utara pada kejahatan dunia maya akan meningkat karena sanksi internasional yang membatasi jumlah uang yang dapat diperoleh Korea Utara dari ekspor batu bara hingga US$400 juta (sekitar 480 miliar won) per tahun.[]
Share: