
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – VP Product Management Nextplatform, Umar Darmaji, mengatakan, penggunaan low-code platform untuk mengembangkan aplikasi seluler, web, dan aplikasi lain bakal kian masif ke depan.
Setidaknya dia merujuk pada data prediksi Gartner, perusahaan riset, yang mengatakan 75 persen perusahaan besar di dunia mengadopsi minimal empat low-code platform yang dikembangkan oleh departemen TI dan karyawan non-programmer (citizen developer).
“Low-code platform adalah teknologi masa depan perusahaan,” kata Umar dalam pernyataan persnya, dikutip Jumat (31 Desember 2021).
Low-code artinya mendesain dan mengembangkan aplikasi dengan sedikit coding manual karena telah tersedia interface berbasis grafik dalam menghimpun dan mengkonfigurasi aplikasi.
Sementara, low-code platform (platform kode rendah) merupakan serangkaian piranti lunak untuk membantu mengembangkan aplikasi web dan aplikasi seluler tanpa harus menulis ribuan baris kode dan syntax yang kompleks.
Pendek kata, mengutip dari laman Support Microsoft, alih-alih sangat bergantung pada pemrograman, platform low-code justru menyederhanakan pengembangan aplikasi dengan teknik “drag-and-drop” dan panduan visual. Siapa saja bisa, terlepas dari keahlian atau kemampuan teknisnya, dapat membuat aplikasi.
Fitur yang tersedia
Ada beberapa fitur yang biasa dipakai dalam platform low-code. Pertama, alat pemodelan visual. Dengan fitur ini, platform low-code menggunakan komponen bawaan untuk mewakili informasi apa pun dalam bentuk yang dapat dibaca siap saja.
Kedua, fungsi out-of-the-box. Pada sistem low-code menyediakan fungsi ini yang berguna menghilangkan kebutuhnan untuk membangun modul inti aplikasi dari awal.
Ketiga, antarmuka drag-drop. Setiap platform low-code yang mapan memiliki kemampuan drag-and-drop. “Ini salah satu fitur yang paling berguna dan penting yang memungkinkan proses pengembangan yang mudah,” tulis Creatio, pengembang low-code platform di situs webnya.
Hal yang ditekankan Creatio, sistem kode rendah harus dapat diskalakan. Artnya, ini harus dapat membangun aplikasi baru yang dapat menangani peningkatan pengguna seiring pertumbuhan bisnis.
Selain itu, “Tidak peduli seberapa fungsional dan ramah pengguna alat kode rendah, jika tidak aman, itu bukan solusi yang memadai,” kata Creatio.
“Pastikan platform pengembangan kode rendah Anda menawarkan keamanan yang tepat untuk melindungi aplikasi yang Anda buat dan platform secara keseluruhan sebelum Anda mulai menggunakannya.”
No-code platform
Low-code dan no-code memiliki beberapa kesamaan. Keduanya memungkinkan pengguna membuat aplikasi menggunakan perangkat lunak permodelan visual. Keduanya juga sebagai alternatif pengembangan perangkat unak tradisional yang memakan waktu dan biaya. “Sebaliknya, platform low-code dan no-code lebih cepat, terjangkau, dan dapat diakses,” kata Microsoft.
Namun, ada beberapa pembeda yang jelas antara kedua jenis platform aplikasi ini. Sementara platform pengembangan low-code membutuhkan minim pengkodean tangan dan umumnya melibatkan pemindahan kode yang ada ke dalam alur kerja untuk membangun aplikasi, solusi no-code dirancang untuk pengembang yang mungkin tidak terbiasa dengan pemrograman sama sekali.
“Karena platform no-code tidak memerlukan banyak pelatihan, siapa pun di perusahaan Anda yang tidak memiliki latar belakang teknis dapat dengan cepat membuat aplikasi bisnis.
Kedua platform tersebut bisa dimanfaatkan, antara lain untuk aplikasi konferensi peserta acara, pengadaan yang lebih sederhana, pengangkatan karyawan, dan manajemen pengiriman makanan.
Kebutuhan automasi bisnis
Menurut Umar, perkembangan low-code platform yang masif tidak lepas dari kebutuhan perusahaan dalam melakukan automasi proses bisnisnya sebagai pondasi dalam melakukan transformasi digital.
Bagi instansi pemerintah, low-code platform sangat relevan dengan program Government 4.0 karena mempermudah proses transformasi. Bagi startup, low-code platform adalah jawaban atas sulitnya menemukan programmer/developer berkualitas untuk mengembangkan aplikasi secara cepat dan tepat, ujarnya.
Dengan mengadopsi low-code platform, kata Umar, kebutuhan terhadap teknologi untuk pengembangan aplikasi lebih mudah terpenuhi. Tidak heran jika market size-nya membesar. Pada 2019, pasar globalnya mencapai US$ 11,45 miliar dan diperkirakan tahun depan senilai US$21,2 miliar.
Penyedia low-code platform juga terus berkembang dengan beragam produknya antara lain Nextplatform, OutSystems, Mendix, Appian, Zoho Creator, PowerApps, App Maker, Quick Base, dan lain-lain.
“Kemudahan, kecepatan, dan biaya yang lebih efisien untuk membangun dan mengembangkan aplikasi merupakan keunggulan low-code platform yang dibutuhkan perusahaan, startup, dan organisasi pemerintah,” ujar Umar.
“Hal ini jadi faktor pendorong transformasi digital perusahaan menjadi lebih cepat,” ia menambahkan.[]
Share: