
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Organisasi pemerintah dan bisnis di Indonesia pada 2022 masih berfokus pada penguatan automasi, bahkan hyperautomation alur kerja sebagai tujuan utama transformasi digital.
Salah satu faktor automasi masih menjadi pilihan ialah hadirnya low-code platform yang memungkinkan organisasi mengembangkan aplikasi seluler dan lainnya dengan lebih cepat dan hemat.
“Tidak heran jika kebutuhan terhadap low-code platform tinggi dan pasarnya makin besar,” demikian analisis Nextplatform terkait proyeksi transformasi digital di Indonesia tahun depan.
Analisis tersebut didasarkan pada riset atas perusahaan, startup, dan organisasi pemerintah selama September hingga November 2021. Nextplatform ialah penyedia platform manajemen layanan mikro dan cloud-native. Layanan ini dikembangkan oleh Digital Platform Lab Navcore Nextology sejak 2010.
Menurut laporan Nextplatform, automasi proses bisnis adalah fondasi pertama sebuah organisasi dalam melakukan transformasi digital.
Ada sejumlah manfaat dari automasi bisnis tersebut, antara lain organisasi lebih lincah, lebih sederhana, terbentuknya standardisasi aspek operasional, kolaborasi kian baik, pengalaman pelanggan meningkat, dan kinerja organisai berkualitas.
Low-code platform berkembang pesat sejak 2019 dan menemukan momentum selama pandemi Covid-19. Contoh platform yang berkembang, seperti fintech, startup teknologi di berbagai sektor, bahkan termasuk pemerintah dan manufaktur.
Platform-platform tersebut, kata Nextplatform, mendapatkan momentum melejit di masa pandemi ini lantaran sifatnya yang lincah, cepat, dan terintegrasi antarsistem.
Menurut Nextplatform, perkembangan low-code platform juga mendorong adanya citizen developer, karyawan non-programmer mengembangkan aplikasi sesuai kebutuhan tugasnya yang spesifik. Aplikasi yang bisa dikembangkan, seperti desain UX (user experience), desain fron-end web, spesialis intelijen bisnis, dan aplikasi sederhana lain.
“Mereka ini bukan pesaing departemen TI, tapi mitra yang diberi kesempatan untuk mengembangkan aplikasi dengan tugas dan wewenang yang berbeda. Mereka inilah yag membantu percepatan transformasi digital sebuah organisasi,” tutur Nextplatform dalam laporan singkatnya yang dilihat Cyberthreat.id, Jumat (31 Desember 2021).[]
Share: