IND | ENG
Begini Prediksi FortiGuard Soal Tren Serangan Siber pada 2022

Ilustrasi via Softpedia

Begini Prediksi FortiGuard Soal Tren Serangan Siber pada 2022
Oktarina Paramitha Sandy Diposting : Selasa, 21 Desember 2021 - 13:57 WIB

Cyberthreat.id – Perusahaan penyedia solusi keamanan siber FortiGuard Labs, memprediksi tren serangan siber yang mengintai berbagai organisasi pada 2022.

Menurut FortiGuard, para penjahat siber terus berevolusi dan mengembangkan metode serangannya untuk menargetkan area baru untuk dimanfaatkan. Mereka diprediksi berupaya untuk memaksimalkan serangan dengan menggunakan jaringan 5G, ke inti jaringan, rumahan, dan bahkan internet satelit di luar angkasa.  

“Mereka bahkan menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga pada kemampuan pengintaian dan menemukan zero-day untuk memanfaatkan teknologi baru dan memastikan serangan lebih sukses,” kata FortiGuard dalam keterangan yang diterima Cyberthreat.id, Selasa (21 Desember 2021).

FortiGuard menyebutkan, pada 2022 serangan Ransomware akan semakin destruktif. Bahkan, untuk memperkuat serangan Ransomware, para penjahat siber akan menggabungkan ransomware dengan distributed denial-of-service (DDoS).

Serangan ini, menurut FortiGuard, tidak hanya menghancurkan data tapi juga memporakporandakan sistem dan hardware. Mereka bahkan akan meminta perusahaan untuk membayar uang tebusan jika menginginkan datanya bisa diakses kembali.

“Ini dilakukan dengan harapan bisa menyibukkan tim IT sehingga mereka tidak bisa memperbaiki kerusakan akibat serangan,” kata FortiGuard.

FortiGuard juga memprediksi, pada 2022 nanti para penjahat siber akan menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk menyempurnakan Deep Fakes, video palsu hasil rekayasa komputer yang terlihat seperti asli. AI ini akan digunakan untuk meniru kegiatan manusia dan bisa digunakan untuk meningkatkan serangan rekayasa sosial.  

Fortiguard juga menyebutkan, pada 2022 nanti akan ada lebih banyak serangan terhadap sistem yang tidak terlalu penting dalam rantai pasokan. Dalam banyak jaringan, Linux mengoperasikan banyak sistem komputasi belakang, dan hingga baru-baru ini, telah menjadi target utama komunitas penjahar siber.

Misalnya, biner berbahaya terdeteksi sedang menargetkan Microsoft’s WSL (Windows Subsystem for Linux), yang merupakan lapisan kompatibel untuk menjalankan perintah executables pada on Windows 10, Windows 11, dan Windows Server 2019. Selain itu, malware botnet sudah diprogram untuk platform Linux, yang semakin memperluas permukaan serangan ke inti jaringan dan meningkatkan ancacaman yang perlu dilawan secara umum.

FortiGuard menambahkan, tantangan selanjutnya bagi sistem pertahanan lebih besar dari sekedar naiknya jumlah serangan atau teknik dari musuh-musuh siber yang terus berevolusi. Terlebih, sasaran baru eksploitasi sedang dilakukan untuk menjangkau permukaan serangan bahkan lebih luas lagi.

“Hal ini akan menyulitkan karena di saat yang sama, organisasi di seluruh dunia akan terus memperluas jaringan mereka dengan menggunakan sistem work-from-anywhere (WFA), pembelajaran jarak jauh, dan layanan cloud baru,” terang FortiGuard.  

Tak hanya itu, FortiGuard juga melihat terdapat ancaman proof-of-concept (POC) baru yang menargetkan jaringan satelit seiring berkembangnya akses internet berbasis satelit. Sasaran terbesar mereka adalah organisasi yang mengandalkan konektivitas berbasis satelit untuk mendukung aktivitas latency rendah seperti online gaming atau mengirimkan layanan penting ke tempat yang jauh, dan juga kantor-kantor di lokasi yang jauh, jalur pipa, kapal pesiar dan pesawat terbang.

Para penjahat siber juga menargetkan dompet digital, dikarenakan saat ini semakin banyak bisnis yang menggunakan dompet digital sebagai mata uang untuk transaksi online. Dengan perkembangan ini, sepertinya akan lebih banyak malware yang dirancang khusus untuk menyasar kredensial yang tersimpan untuk menguras isi dompet digital.

Terakhir, para penjahat siber juga akan menargetkan e-Sports dengan serangan DDoS, ransomware, pembajakan keuangan dan transaksi, maupun serangan rekayasa sosial. Terlebih e-sport memerlukan konektivitas konstan dan sering berlangsung di jaringan rumahan yang tidak konsisten atau dalam situasi di mana terdapat akses Wi-Fi terbuka berjumlah besar. Karena karakter game yang interaktif, e-sports juga menjadi sasaran dari pancingan dan serangan rekayasa sosial.

FortiGuard menambahkan, dengan semakin banyak edge yang digerakkan oleh berkembangnya jumlah perangkat Internet-of-Things (IoT) dan OT, dan juga perangkat yang berbasis jaringan 5G dan AI yang memungkinkan terciptanya transaksi dan aplikasi real time. Ancaman berbasis edge baru akan terus muncul karena penjahat siber menargetkan seluruh jaringan yang terhubung sebagai titik masuk untuk serangan.

“Penjahat siber akan berupaya memaksimalkan celah keamanan potensial yang diciptakan oleh intelligent edge dan kemajuan di kekuatan computing menciptakan ancaman yang tingkat lanjut dan lebih destruktif pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tutup FortiGuard. []


Editor: Yuswardi A. Suud

#FortiGuard   #serangansiber   #keamanansiber

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
SiCat: Inovasi Alat Keamanan Siber Open Source untuk Perlindungan Optimal
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata
Pentingnya Penetration Testing dalam Perlindungan Data Pelanggan