
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan | Foto: Tangkapan layar dari YouTube Jasa Keuangan/Cyberthreat.id
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan | Foto: Tangkapan layar dari YouTube Jasa Keuangan/Cyberthreat.id
Cyberthreat.id – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia memiliki sejumlah hambatan untuk menggerakkan ekonomi digital.
Menurut dia, hal utama yang menjadi hambatan pengembangan ekonomi digital ialah akses telekomunikasi yang belum merata dan menjangkau seluruh desa.
Padahal, kata dia, ekonomi digital bisa menjadi lokomotif bangkitnya perekonomian nasional karena keterbatasan mobilitas masyarakat di masa pandemi Covid-19.
“Saya yakin ekonomi digital Indonesia punya prospek baik. Pada 2020 saja, nilai ekonomi digital Indonesia sebesar empat persen dari Produk Domestik Bruto,” ujar Luhut dalam pembukaan Indonesia Fintech Summit 2021 Day 2 dikutip dari saluran YouTube Jasa Keuangan, Minggu (12 Desember 2021).
Selain itu, kata Luhut, yang juga perlu diperbaiki terkait dengan rendahnya tingkat kecepatan jaringan internet. Belum lagi, “Karena biaya mahal, internet hanya bisa diakses bagi mereka yang mampu secara ekonomi. [Ketiga hal, red] ini pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah,” ujar Luhut.
Luhut mengatakan, pemerintah menyadari untuk menghidupkan ekonomi digital perlu sejumlah langkah, seperti persiapan infrastruktur digital dan komunikasi, proteksi konsumen digital, tenaga kerja di bidang teknologi, serta ekosistem dan inovasi yang mendukung berjalannya ekonomi digital.
Kecepatan internet
Untuk mendukung pemerataan internet cepat (broadband) di seluruh Tanah Air, pemerintah telah menyelesakan proyek jaringan tulang punggung internet nasional melalui “Palapa Ring”. Panjang serat optik yang dibangun pemerintah mencapai 36.000 kilometer. Proyek ini terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku.
Hanya, proyek tersebut membawa internet cepat hingga ke tingkat kabupaten/kota (514 wilayah), belum sampai ke level desa. Badan Akesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKT) Kementerian Komunikasi dan Informatika pun menggenjot agar operator seluler turut membantun menara sinyal (BTS) di daerah pelosok. BAKTI sendiri menargetkan hingga 2020 7.904 menara sinyal 4G terbangun di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Sementara terdapat 3.435 wilayah di luar 3T menjadi tanggung jawab operator seluler. (Baca: BAKTI Targetkan Jaringan 4G Kelar pada 2022)
Berdasarkan Speedtest Global Index per Juni 2020, dikutip dari ASEAN Information Center, kecepatan internet broadband (hanya unduh) tertinggi di Asia Tenggara dipegang oleh Singapura dengan 208,16 Mbps.
Posisi berikutnya diikut Thailand 171,36 Mbps, Malaysia 81,46 Mbps, dan Vietnam 54,67 Mbps. Posisi Indonesia ada di urutan kedua terbawah (peringkat ke-8) dengan 21,28 Mbps, masih unggul dibandingkan urutan terakhir yang diduduki Myanmar 8,78 Mbps. Sayangnya, data ini tidak mencantumkan Brunei Darussalam dan Timor Leste.
Sementara kecepatan internet seluler (hanya unduh), lagi-lagi di pegang oleh Singapura dengan 34,67 Mbps, lalu Vietnam 33,12 Mbs, Thailand 33,04 Mbps, dan Myanmar 25,47 Mbps. Indonesia berada di urutan kedua terbawah, lagi-lagi di bawah Kamboja (17,21 Mbps) dengan kecepatan 16,37 Mbps atau lebih baik dari Filipina yang hanya memiliki kecepatan 16,17 Mbps.
Terkait dengan biaya internet, situs web perbandingan Cable bersama konsultan BVA BDRC asal Inggris memeringkat negara-negara dengan biaya internet termurah di dunia berdasarkan paket fixed-line broadband.
Data dikumpulkan dari 3.288 penawaran fixed-line broadband di 211 negara dan wilayah antara 29 Oktober 2020 hingga 9 Desember 2020.
Hasilnya, 10 negara dengan internet termurah yaitu Ukraina, Suriah, Rusia, Bhutan, Srilanka, Iran, Kazakhstan, Moldova, Belarusia, dan Rumania.
Sementara, 10 negara dengan internet termahal, antara lain Eritrea, Mauritania, Komoro, Burundi, Makau, Ghana, Samoa, British Virgin Island, Cayman Island, dan Turkmenistan.
Di tingkat Asia Tenggara, Vietnam (peringkat ke-12 dunia) menjadi negara yang memiliki biaya internet termurah dengan US$11,27 per paket atau US$0,17 per MB. Biaya ini berdasarkan harga rata-rata paket broadband bulanan atau harga rata-rata per megabita (MB).
Thailand (peringkat ke-37) di peringkat kedua dengan US$23,3 per paket atau US$0,12 per MB dan Myanmar (peringkat ke-46) dengan US$27,85 per paket atau US$0,57 per MB.
Indonesia berada di urutan keempat atau di posisi ke-53 secara global dengan nilai US$29,06 per paket atau US$0,56 per MB. Sementara Malaysia dan Singapura di urutan kelima dan keenam masing-masing dengan biaya US$31,85 per paket dan $33,43 per paket.[]
Share: