
Ilustrasi via Tech Wire Asia
Ilustrasi via Tech Wire Asia
Cyberthreat.id - Perusahaan pengenalan wajah yang memicu kontroversi Clearview AI menghadapi potensi denda di Inggris. Karena itu, sebelum keputusan akhir diambil, Kantor Komisi Informasi Inggris (ICO) meminta Clearview menghentikan pemprosesan data warga Inggris dan menghapus data apa pun yang telah disimpan selama ini karena menurut ICO Clearview telah melakukan “dugaan pelanggaran serius” terhadap undang-undang perlindungan data nasional.
Dalam siaran pers yang dirilis Senin (29 November 2021), ICO menyatakan Clearview AI berpotensi didenda
17 juta pounsterling. Namun begitu, keputusan akhir baru diharapkan dapat diambil pertengahan 2022 mendatang. Itu artinya, Clearview punya kesempatan sekitar 7 bulan lagi untuk membuat pernyataan terkait dugaan pelanggaran yang dituduhkan.
Sebelumnya, pada awal bulan ini, ICO telah merampungkan penyelidikan bersama OAIC Australia yang menyimpulkan Clearview AI telah melanggar Undang-undang Privasi Australia.
Dalam beberapa tahun terakhir, Clearview AI menjadi kontroversi lantaran menjual akses bhttps://ico.org.uk/about-the-ico/news-and-events/news-and-blogs/2021/11/ico-issues-provisional-view-to-fine-clearview-ai-inc-over-17-million/erlangganan perangkat lunak pencocokan wajah kepada penegak hukum dan pelanggan berbayar lainnya.
Clearview AI diketahui mengoleksi database wajah orang-orang di seluruh dunia yang diambil diam-diam dari berbagai platform di internet tanpa sepengetahuan pemilik wajah.
Konon, Clearview menyimpan basis data berisi foto wajah milik 10 miliar penduduk bumi, termasuk orang Inggris.
Bermodal data itu, Clearview AI menawarkan metode pencocokan wajah kepada pemerintah dan swasta di sejumlah negara. Caranya, klien tinggal input foto orang yang dicari, lalu data orang tersebut akan muncul jika ditemukan wajah yang cocok.
Faktanya, sistem itu tak sepenuhnya akurat. Dalam beberapa kasus, sistem salah membaca wajah orang yang membuat polisi salah tangkap. (Lihat: Salah Tangkap karena Teknologi Pengenalan Wajah Tak Akurat, Pejabat Polisi Digugat)
OAIC Australia sendiri awal bulan ini sudah memerintahkan Clearview untuk menghapus data wajah warga negaranya setelah menemukan itu melanggar undang-undang nasional.
Lebih jauh, dalam temuan awalnya, ICO mengatakan Clearview AI "telah gagal mematuhi undang-undang perlindungan data Inggris, karena:
Komisioner ICO Elizabeth Denham mengatakan saat ini layanan Clearview AI memang tidak lagi ditawarkan di Inggris. Namun, menurut Elizabeth, bukti yaang dikumpulkan menunjukkan bahwa "Clearview AI sedang dan mungkin terus memproses sejumlah besar informasi orang Inggris tanpa sepengetahuan mereka."
Karena itu, tambah Elizabeth, pihaknya ingin meyakinkan publik Inggris bahwa ICO sedang mempertimbangkan dugaan pelanggaran itu dan menganggapnya sangat serius.
Merespon pernyataan ICO, seorang juru bicara Clearview mengatakan kepada Techcrunch bahwa temuan awal ICO itu sebagai "secara faktual dan hukum tidak benar".
“Pernyataan Komisaris ICO Inggris secara faktual dan hukum tidak benar. Perusahaan sedang mempertimbangkan banding dan tindakan lebih lanjut. Clearview AI menyediakan informasi yang tersedia untuk umum dari internet ke lembaga penegak hukum. Untuk lebih jelasnya, Clearview AI tidak melakukan bisnis di Inggris, dan tidak memiliki pelanggan Inggris saat ini,” kata juru bicara Clearview.
Sebelumnya, Clearview AI juga menghadapi tekanan peraturan di tempat lain di seluruh dunia.
Awal tahun ini, pengawas privasi Kanada menyelesaikan penyelidikannya terhadap perusahaan itu. Hasilnya, Clearview AI dinilai melanggar hukum dan diperintahkan untuk berhenti memproses data warga.
Clearview menolak temuan itu - tetapi juga mengatakan tidak lagi menawarkan layanan kepada penegak hukum Kanada.[]
Klik di sini untuk melihat berita-berita lain tentang kontroversi Clearview AI
Share: