
Peluncuran aplikasi manajemen kata sandi SATRIA buatan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di Jakarta, Selasa (2 November 2021). | Foto: Tangkapan layar dari YouTube BSSN.
Peluncuran aplikasi manajemen kata sandi SATRIA buatan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di Jakarta, Selasa (2 November 2021). | Foto: Tangkapan layar dari YouTube BSSN.
Cyberthreat.id – YouTuber juga cloud platform engineer Gojek, Imre Nagi, membikin heboh Twitter terkait dengan aplikasi pengelola kata sandi SATRIA.
Di akun Twitter-nya (@imrenagi), ia membuat semacam ulasan singkat saat mencoba aplikasi yang baru saja dirilis oleh Badan Siber dan Sandi Negara tersebut.
Ia mencibir aplikasi tersebut karena dianggap hanya buang-buang duit negara. “Aplikasi buatan @BSSN_RI buat password manager… kali ini gw pengen bikin thread serius kenapa aplikasi ini buang2 duit negara. Ya Allah vendornya siapa…” tulisnya sembari mengunggah lampiran tautan dari media online, pada Rabu (3 November 2021).
Ada beberapa alasan mengapa dirinya menilai aplikasi itu sebagai buang anggaran, di antaranya: (1) tidak ada mekanisme verifikasi lewat email atau medium lain. (2) menunya mirip aplikasi waktu masih kuliah, (3) antarmuka aplikasi di layar (interface) yang tidak rapi, dan (4) masalah generated password.
Dari sekian cuitannya tersebut, alumnus Teknik Elektro ITB tersebut menyesalkan segi antarmuka pengguna alias user interface (UI) yang tidak ramah pengguna.
Berita Terkait:
Perlu diketahui, di kalangan developer aplikasi UI dinilai mempengaruhi minat pengguna untuk memakai aplikasi sehingga berimbas pada pengalaman pengguna (user experience/UX).
“Padahal aplikasi ini diresmiin sama menteri,” katanya, “Yang agak niat minta tolong dicari tahu ini aplikasi budget-nya berapa di website ini ya…” (Dilampirkanlah tautan ke situs web LKPP, ia kemudian mengarahkan kembali ke LPSE BSSN setelah mendapat dari akun @Maulana.)
Dari situlah, warganet lain mulai mencibir “anggaran pembuatan aplikasi yang begitu besar senilai Rp3 miliar”.
Ketika membuka tautan LPSE tersebut, Cyberthreat.id diarahkan ke informasi tender di BSSN. Nama tender: “Pengadaan Perangkat Pendukung Secure Electronic Document Management System (SEDMS)". Nilai pagu anggaran Rp3 miliar, pemenang lelang mengajukan harga penawaran lebih dari Rp2,9 miliar. Pemenang lelang adalah CV Priyo Jaya Sentosa.
Di Facebook, akun Firman Fathoni meng-capture cuitan-cuitan Imre Nagi dan mengunggahnya ke media sosial, termasuk tautan LPSE BSSN. Lebih dari 700 orang berkomentar di unggahan ini dan mayoritas mengolok-olok aplikasi dan pemerintah, lebih-lebih terkait dengan anggaran, misalnya “korup besar-besaran”, “3M nih le, appsnya canggih parah”, “nyari duid susah bener mereka cuman asal getok 3M keluar”, dan masih banyak komentar negatif.
Yang aneh dari informasi tender tersebut ialah sama sekali tidak menyebutkan nama aplikasi SATRIA. Biasanya dalam penawaran lelang, tiap organisasi menyebutkan nama paket yang akan dikerjakan tersebut.
Cyberthreat.id pun mengontak Juru Bicara BSSN Anton Setiawan. Ia menuturkan bahwa tidak benar bahwa aplikasi SATRIA dibuat dengan anggaran sebesar Rp3 miliar.
“SATRIA adalah program mandiri, inisiatif tim internal BSSN, dibuat sendiri, tidak menggunakan pihak lain, apalagi dengan pengadaan sebesar Rp3 miliar seperti yang disebutkan oleh beberapa pihak,” kata Anton, Kamis (4 November) malam.
Cyberthreat.id juga mengontak CV Priyo Jaya Sentosa yang beralamat di Jalan Kresek, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (5 November) pagi. Ini karena beredar di media sosial, ada warganet yang berkomentar sambil mengunggah tangkapan layar sebuah ruko laundry dari Google Maps di alamat tersebut.
Namun, salah satu petinggi perusahaan itu, Bambang, mengatakan, bahwa kantornya memang berada di ruko, tapi di sebelah ruko laundry.
Ketika ditanya tentang yang sedang viral terkait aplikasi SATRIA, ia baru mengetahui dari Cyberthreat.id. Ia juga tidak tahu tentang informasi aplikasi SATRIA. Ia meminta Cyberthreat.id untuk menunggu karena dirinya akan berkoordinasi dengan tim internal tentang lelang yang dimenangkan di BSSN tersebut.
Minta maaf
Setelah cuitan menjadi viral, Imre Nagi kemarin telah menghapus cuitan tersebut. Ia pun memindahkan keterangannya di akun Spotify-nya, sekaligus sebagai konten podcast-nya.
Ia tetap dengan keterangan yang sama di Twitter, sekaligus menjelaskan tentang anggaran yang menjadi konsennya.
Ia meminta maaf soal kekeliruan unggahan di Twitter. “Sebenarnya di tweet itu gue tahu ada beberapa hal yang keliru, terima kasih buat teman-teman yang merevisi, saya mohon maaf kalau ada keliru. Karena terus terang gue emosi,” katanya.
“Sekali lagi gue minta maaf kalau ada kekeliruan dari postingan gue kemarin, sebetulnya intensinya memang komplain saja,” Imre menambahkan.
“Saya di DM dari beberapa orang, dia bilang daripada jadi fitnah, anggarannya sebenarnya tidak ada, itu di-develop oleh internal. Walaupun (pakai, red) APBN, tapi bukan APBN yang dibayarkan ke vendor…mereka juga mengakui UI-nya masih kurang, tapi yang mereka fokuskan adalah security aspect,” kata Imre.
“Tapi, lagi-lagi, menurut gue, untuk aplikasi yag dibuat pemerintah, sebetulnya tidak sesederhana itu pula pengembangannya. Karena pemerintah ini institusi besar di negara ini, dan apa pun yang keluar dari pemerintah itu adalah sesuatu yang besar, walau sekadar password manager, gue rasa password manager juga harus dipikirkan dengan baik,” ujarnya.
Di ujung keterangannya, ia mengakui bahwa sudah terlalu sering dikecewakan oleh pemerintah, sehingga untuk percaya dengan pemerintah menjadi sulit.
Berikut ini sejumlah tangkapan layar dari cuitan Imre Nagi, termasuk respons yang meluruskan cuitan tersebut dari pengguna Twitter lain:
Share: