
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Perusahaan teknologi Google mengungkapkan sejumlah kebiasaan di internet (online) orang Indonesia masih membahayakan, terutama menjelang Hari Belanja Online Nsaional (Harbolnas) di Indonesia yang jatuh di tanggal 11/11 dan 12/12
Dilansir Antara, dalam keterangan resminya pada Rabu (3 November 2021), Google mencatat lebih dari 92 persen responden yang disurvei mengaku memiliki kebiasaan online yang kurang aman.
Kebiasaan pertama adalah penggunaan ulang kata sandi. Penelitian Google menemukan, 79 persen responden Indonesia menggunakan sandi yang sama untuk beberapa situs, dengan 2 dari 5 orang mengaku melakukannya untuk hingga 10 situs berbeda.
Di antara kelompok ini, 40 persen mengatakan itu dilakukan karena khawatir tidak bisa mengingat kata sandi, sedangkan 20 persen beralasan demi kemudahan.
Separuh dari responden lokal juga mengaku memakai sandi yang mudah ditebak dengan memadukan hal-hal yang gampang diretas. Selain itu, hampir 2 dari 4 orang mengaku menyimpan sandi dalam aplikasi "Notes" di ponsel, yang umumnya tidak dienkripsi secara bawaan pabrik (default).
Para pengguna ulang sandi ini dua kali lebih mungkin menjadi korban pencurian data keuangan online.
Kebiasaan selanjutnya adalah berbagi (sharing). Penelitian Google menemukan bahwa 3 dari 5 responden membagikan sandi kepada teman atau keluarga, khususnya untuk akun platform streaming, layanan pesan-antar makanan, dan situs e-commerce.
Saat transaksi online, 3 dari 4 orang mengaku pernah melakukan pembelian di halaman yang tidak ditandai dengan simbol aman, sehingga membuatnya rentan menjadi sasaran empuk penipu untuk mencuri informasi dan melakukan pembelian menggunakan uang mereka.
Selain itu, 74 persen responden yang menyimpan informasi keuangan secara online juga membagikan sandi kepada teman dan keluarga.
Semua kebiasaan buruk ini mungkin telah menjadi penyebab hampir 2 dari 3 responden di Indonesia pernah mengalami pelanggaran data atau mengenal seseorang yang pernah mengalaminya.
"Saat kita mengorbankan keamanan demi kemudahan dengan membagikan sandi kepada orang lain, menggunakan sandi yang sama untuk berbagai layanan, dan membuat sandi yang mudah ditebak, kita membuat informasi pribadi kita, termasuk data pembayaran - sangat tidak aman," kata Product Marketing Manager Google Indonesia, Amanda Chan.
Chan menambahkan, 67 persen responden mengatakan mereka sangat mungkin mulai menggunakan autentikasi 2 langkah, bahkan jika tidak diwajibkan.
Sebanyak 4 dari 5 responden juga berkata, jika data mereka kemungkinan telah dicuri, mereka akan memilih untuk segera mengubah sandi.
Menariknya, 27 persen dari mereka yang tidak ingin segera mengubah sandi agaknya memutuskan demikian untuk berhati-hati, karena notifiasi pelanggaran itu sendiri mungkin juga bagian dari penipuan.
Lebih lanjut, 2 dari 3 orang berkata mereka sangat mungkin mulai menggunakan layanan pengelola kata sandi. []
Share: