IND | ENG
450 Juta Serangan Siber Terjadi Selama Olimpiade Tokyo 2020

Seorang atlet angkat besi di Olimpiade Tokyo, Jepang. | Foto: olympics.com

450 Juta Serangan Siber Terjadi Selama Olimpiade Tokyo 2020
Andi Nugroho Diposting : Rabu, 03 November 2021 - 12:16 WIB

Cyberthreat.id – Selama penyelenggaraan Olimpidae dan Paralimpiade 2020 di Tokyo, Jepang pada Juli-Agustus 2021, terdeteksi ratusan juta serangan siber.

NTT Corporation, perusahaan yang menyediakan layanan telekomunikasi untuk ajang olahraga empat tahunan itu, mengatakan, ada lebih dari 450 juta percobaan serangan siber selama acara berlangsung.

Namun, tidak ada serangan yang berhasil dan pertandingan berlangsung tanpa hambatan apa pun, kata perusahaan. Hanya, jumlah serangan itu meningkat tajam 2,5 kali lipat dibandingkan dengan Olimpiade London 2012.

NTT menggambarkan perjuangan mereka selama mengamankan acara seperti “pertarungan terakhir yang sengit antara Harry Potter melawan Voldemort”—dua karakter dalam novel karya JK Rowling.

Andrea MacLean, perwakilan NTT, mengatakan, dalam melindungi setiap pertandingan, perusahaan menerapkan pemantauan dan analisis intelijen ancaman secara berkelanjutan, layanan Security Operation Centers (SOC), paket solusi keamanan lengkap, dan tim ahli yang terdiri atas lebi dari 200 spesialis keamanan siber.

“Di antara 450 juta serangan itu, NTT melihat adanya malware Emotet, email spoofing, dan phishing, serta situs web palsu yang dibuat agar terlihat terkait dengan Olimpiade,” tutur MacLean, akhir Oktober lalu, dikutip dari ZDNet, diakses Rabu (3 November 2021).

MacLean mengatakan acara-acara olahraga seperti Olimpiade, Tour de France, Indy 500 berkaitan dengan waktu nyata (real-time). Begitu acara dimulai, kata dia, tidak ada ruang untuk waktu henti.

“Dengan tim yang sangat terdistribusi dan kehadiran fisik yang terbatas, teknologi canggih yang dapat merespons ancaman apa apun adalah penting,” ujarnya.

Dalam laporan tersebut, NTT menjelaskan tentang pembangunan layanan komunikasi di 43 venue, IBC, pusat pers, dan Desa Olimpiade. Semua venue dialhirkan ke jaringan seluler 5G, yang layanan komersialnya telah dimulai tahun ini di Jepang. Total ada 10.000 karyawan NTT yang dipekerjakan untuk acara tersebut.

"Selama Olimpiade, komunikasi tidak sah yang menargetkan kerentanan di terminal diamati, tetapi NTT merespons dengan memblokir komunikasi,” ujarnya.

Dalam pernyataan sebelum Olimpiade, NTT menggambarkan potensi serangan siber yang bakal dihadapi, antara lain serangan siber negara-bangsa (APT), serangan ransomware, dan serangan disinformasi, beberapa di antaranya mungkin berasal dari aktor ancaman yang disponsori negara Rusia, Korea Utara, dan China.

Mereka mencatat bahwa penjahat dunia maya kemungkinan  menyebarkan serangan Distributed Denial of Service (DDoS), serangan ransomware, atau serangan terhadap infrastruktur penting.

Kekhawatiran NTT tersebut memang beralasan lantaran pada Olimpiade 2018 di Korea Selatan, penjahat siber Rusia meluncurkan malware “OlympicDestroyer” dan merusak server web selama upacara pembukaan. Malware ini dikaburkan oleh peretas dengan meniru kode dari peretas Korea Utara, sehingga seolah-olah menciptakan kesalahan atribusi penyerang. Oktober 2020, Departemen Kehakiman Korsel mendakwa enam agen intelijen Rusia atas serangan di Olimpiade Pyeongchang tersebut.[]

#serangansiber   #olimpiade2020   #tokyo   #

Share:




BACA JUGA
Demokratisasi AI dan Privasi
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Awas, Serangan Phishing Baru Kirimkan Keylogger yang Disamarkan sebagai Bank Payment Notice
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital