
Bendera El Salvador | Foto: Freepik.com
Bendera El Salvador | Foto: Freepik.com
Cyberthreat.id – Presiden El Salvador Nayib Bukele mengatakan di akun Twitter-nya, Senin (6 September 2021), bahwa negaranya saat ini telah memiliki 400 Bitcoin.
Selasa ini, negara di Amerika Tengah itu mulai memberlakukan secara resmi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah bersama dolar Amerika Serikat.
Setiap warga Salvador dapat mengunduh dompet digital pemerintah bernama “Chivo” (artinya baik) untuk menerima pembayaran dalam Bitcoin atu dolar. Setelah menginstal aplikasi di ponsel, warga akan dapat menarik dolar dari mesin ATM yang didukung pemerintah.
Menurut Bukele, Bitcoin bakal memberikan “manfaat besar” karena memungkinkan orang Salvador menghemat US$400 juta yang katanya dihabiskan setiap tahun sebagai biaya komisi untuk pengiriman uang tersebut.
Pada tahun lalu, pengiriman uang dari warga Salvador di luar negeri, terutama di AS, mencapai US$6 miliar. Jumlah ini setara dengan sekitar 23 persen dari produk domestik bruto El Salvador, tulis Reuters, diakses Selasa (7 September).
Berita Terkait:
"Orang-orang kami membayar US$400 juta per tahun biaya komisi untuk pengiriman uang," tulis presiden di Twitter pada Agustus lalu. "Tabungan itu sendiri akan sangat bermanfaat bagi masyarakat kita (atau setidaknya bagi mereka yang menginginkannya)."
Sayangnya, sebagian orang Salvador yang mengirim atau menerima dolar ke El Salvador tidak mempercayai Bitcoin. Apalagi data Bank Dunia menunjukkan bahwa biaya pengiriman uang AS di negara tersebut masih termasuk terendah di dunia.
Jajak pendapat baru-baru ini mengungkapkan sebagian warga Salvador masih skeptis pemakaian Bitcoin. Mereka ragu karena sifat naik-turun harga (volatilitas) mata uang kripto (cryptocurrency) yang begitu cepat.
Bukele termasuk presiden populer di Amerika Latin, tapi tiga bulan setelah dirinya mengumumkan penggunaan Bitcoin, sebagian besar publik Salvador menolak kebijakan itu.
Banyak orang Salvador yang disurvei dalam penelitian Central American University baru-baru ini berpendapat bahwa langkah Bitcoin hanya akan menguntungkan orang kaya, investor asing, pemerintah, pebisnis, dan bank.
Namun, ada pula warga Salvador yang mempercayai kebijakan Bukele. “Semuanya memang berisiko. Jika Anda tidak pernah mengambil risiko, Anda tidak akan pernah maju,” kata seorang warga kepada Reuters. “Saya percaya pada presiden kami dan jika dia melakukannya, itu karena dia tahu apa yang dia lakukan.”
Berbeda halnya dengan Saida Rosales, ibu rumah tangga berusia 27 tahun yang juga menerima uang dari ibunya di AS setiap pekan. Ia mengaku takut memakai Bitcoin karena fluktuasi nilai uang kripto yang begitu cepat.
"Saya dengar itu seperti harga saham yang naik turun," katanya.
"Bayangkan saja, suatu hari ibu saya membuatkan saya deposit di sana, dan kemudian ketika dia melihat-lihat, uang itu turun dan nilainya akan lebih rendah daripada yang dia kirim. Saya tidak berpikir kita akan menggunakannya."
Sebuah studi Bank Sentral pada 2015 menunjukkan bahwa lebih dari seperlima rumah tangga Salvador bergantung pada pengiriman uang untuk bertahan hidup.
Mario Perez, penjual pakaian dalam di jalanan berusia 78 tahun, mengatakan volatilitas Bitcoin dan ketidakpastian yang berlaku tentang bagaimana menggunakannya untuk transaksi adalah hambatan utama.
"Saya tidak akan menggunakannya baik untuk pengiriman uang maupun untuk pekerjaan," katanya sambil pergi untuk mengambil transfer kawat dolar yang kadang-kadang dikirim oleh saudara perempuannya dari AS.
Masalah lingkungan
Rencana pemakaian Bitcoin juga dikritik karena bakal berimbas pada lingkungan. Ini lantaran pemakaian Bitcoin bakal menyedot energi listrik yang besar.
Mengekstrak mata uang digital dari dunia maya membutuhkan energi dalam jumlah besar, dan emisi CO2 global industri Bitcoin telah meningkat menjadi 60 juta ton, sama dengan gas buang dari sekitar 9 juta mobil, kata Bank of America pada Maret lalu.
Namun, Bukele berusaha untuk mengatasi masalah keberlanjutan dengan mengatakan pada Juni lalu bahwa dia telah menginstruksikan perusahaan listrik panas bumi milik negara LaGeo untuk mengembangkan rencana fasilitas penambangan Bitcoin menggunakan energi terbarukan dari gunung berapi negara itu.
Sementara, Dana Moneter Internasional (IMF) mulai mengkhawatirkan dari segi hukum tentang adopsi Bitcoin, terlebih negara itu tengah dalam negosiasi mendapatkan pembiayaan hampir US$ 1 miliar. Terpisah, setelah undang-undang Bitcoin Bukele disetujui, lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat kelayakan kredit El Salvador.[]
Share: