
Pavel Durov | Foto: startupik.com
Pavel Durov | Foto: startupik.com
Cyberthreat.id–CEO Telegram, Pavel Durov, mengaku telah lama mengetahui bahwa dirinya menjadi salah target pengawasan dari perangkat lunak mata-mata (spyware) Pegasus buatan NSO Group asal Israel.
“Setidaknya sejak 2018, saya telah mengetahui bahwa salah satu nomor telepon saya, termasuk dalam daftar target potensial dari alat pengawasan tersebut, meski sumber NSO Group menyangkalnya,” ujar dia melalui Durov’s Channel, saluran Telegram yang sering dipakai dirinya untuk menginformasi tentang Telegram dan isu aktual lain, dikutip Senin (26 Juli 2021).
Ia mengatakan tak khawatir dengan tindakan pengintaian tersebut karena sejak dirinya tinggal di Rsuaia pada 2011, dirinya sudah terbiasa dengan asumsi bahwa semua ponselnya diretas.
“Siapa saja yang mendapatkan akses ke data pribadi saya akan sangat kecewa, mereka harus melalui ribuan desain konsep untuk fitur Telegram dan jutaan pesan yang terkait dengan proses pengembangan produk kami. Mereka tidak akan menemukan informasi penting di situ,” ujar dia.
Sebelumnya, investigasi global yang diterbitkan pada 18 Mei lalu oleh Amnesty International dan konsorsium media Forbidden Stories yang berbasis di Paris, menyebutkan, Pegasus telah digunakan dalam percobaan dan berhasil meretas smartphone milik jurnalis, pejabat pemerintah, dan aktivis hak asasi manusia.
Laporan itu juga menyebutkan sebanyak 50.000 nomor telepon menjadi target serangan.
NSO membantah laporan media, dan menyebutnya sebagai "penuh dengan asumsi yang salah dan teori yang tidak didukung". Menurut perusahaan, selama ini Pegasus diproduksi hanya untuk digunakan oleh badan intelijen dan penegak hukum pemerintah untuk memerangi terorisme dan kejahatan.[]
Share: