
Presiden AS Joe Biden dan Kanselir Jerman Angela Markel dalam pertemuan sebelumnya
Presiden AS Joe Biden dan Kanselir Jerman Angela Markel dalam pertemuan sebelumnya
Cyberthreat.id - Kanselir Jerman Angela Markel dijadwalkan berkunjung ke Amerika Serikat (AS) pada Kamis (15 Juli 2021). Selain membahas pandemi Covid-19, situasi keamanan yang memburuk di Afganistan, Angela dan Presiden AS Joe Biden juga akan membahas soal keamanan siber.
Dilansir CNBC, isu-isu seputar keamanan siber akan menjadi salah satu fokus pembahasan. Ini menunjukkan, keamanan siber telah menjadi isu penting dalam kerja sama antar negara.
Biden dan Merkel akan membahas peningkatan kritis dalam serangan siber besar-besaran yang dapat dengan mudah menjangkau berbagai industri dan lembaga pemerintah di seluruh dunia.
Serangan ransomware terbaru, yang diumumkan minggu lalu oleh Kaseya, berhasil meretas jaringan ribuan perusahaan di Amerika Utara dan 6 negara Eropa. Peretas menyusup lewat celah keamanan di perangkat lunak manajemen IT buatan Kaseya yang digunakan oleh banyak perusahaan di dunia. Geng penjahat cyber REvil mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pada bulan Mei, serangan siber oleh geng ramsomware DarkSide memaksa penyalur BBM Colonial Pipeline menutup operasinya di Pantai Timur AS. Insiden keamanan ini menyebabkan gangguan lalu lintas udara dan kekurangan setengah pasokan bahan bakar. Para peretas Rusia awalnya berhasil memaksa perusahaan membayar uang tebusan hampir US$ 5 juta. Untungnya aparat penegak hukum di Amerika Serikat, dapat menyita hampir setengah dari uang itu yaitu US$2,3 juta dalam bentuk Bitcoin.
Setelah pemerintah Amerika Serikat menyatakan akan menanggapi serangan siber dengan cara yang sama seperti terhadap serangan militer, geng peretas Rusia DarkSide diduga menghentikan operasinya. Namun, geng peretasan Rusia lainnya yang dijuluki REvil telah menyatakan bahwa mereka tidak hanya akan melanjutkan kampanye peretasan mereka, tetapi mereka juga akan menambah daftar target baru yang berlokasi di Amerika Serikat.
Biden Menelepon Putin Bahas Serangan Ransomware
Pada hari Jumat lalu (9 Juli 2021), Joe Biden mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dirinya telah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin dan memintanya bertindak untuk mengatasi geng ransomware dan kelompok peretas lainnya yang beroperasi dari negaranya.
“Saya menegaskan kepadanya bahwa Amerika berharap operasi ransomware yang berasal dari negaranya, tidak disponsori oleh negara. Kami berharap mereka (Rusia) mengambil tindakan jika kami memberi mereka informasi yang cukup. Kedua, kini kami telah menyiapkan sarana komunikasi sehinga kita dapat berkomunikasi secara teratur satu sama lain, jika kami menilai ada sesuatu yang terjadi di satu negara yang mungkin menimbulkan dampak pada negara lain. Jadi ini berjalan dengan baik dan saya optimis,” ungkap Biden seperti dilansir VOA Indonesia.
Sebelumnya Gedung Putih mengeluarkan pernyataan tertulis tentang pembicaraan telpon yang dilakukan Biden dan Putin, di mana keduanya membahas serangan ransomware terbaru.
“Presiden Biden menggarisbawahi perlunya Rusia mengambil tindakan untuk menyudahi kelompok ransomware yang beroperasi di Rusia dan menekankan bahwa ia berkomitmen untuk terus terlibat guna mengatasi ancaman ransomware lebih jauh,” tulis pernyataaan Gedung Putih.
Biden juga memperingatkan konsekuensi jika serangan ransomware dari Rusia terus berlanjut, tambah Gedung Putih.
“Presiden Biden menegaskan kembali bahwa dalam menghadapi tantangan yang berkelanjutan ini, Amerika akan mengambil tindakan apapun yang diperlukan untuk membela rakyatnya dan infrastruktur penting.”
Seruan itu disampaikan lebih dari tiga minggu setelah kedua pemimpin bertemu di Jenewa 16 Juni lalu, di mana Biden mengimbau Putin untuk menindak peretas siber di Rusia. Putin menolak bertanggungjawab atas serangan itu.[]
Share: