IND | ENG
Media Israel Kritik Putra PM Netanyahu Turut Sebar Hoaks Soal Palestina

Yair Netanyahu | Foto via Haaretz

Media Israel Kritik Putra PM Netanyahu Turut Sebar Hoaks Soal Palestina
Yuswardi A. Suud Diposting : Sabtu, 22 Mei 2021 - 17:54 WIB

Cyberthreat.id - Media Israel, Haaretz.com, pada 20 Mei lalu menurunkan sebuah laporan tentang keterlibatan putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yaitu Yair Netanyahu, dalam menyebarkan video hoaks tentang konflik Israel - Palestina.

Disebutkan, pada Kamis lalu (20 Mei 2021), Yair Netanyahu mengunggah sebuah video di akun Twitter terverifikasi miliknya @YairNetanyu. Video itu menampilkan gambar sejumlah orang dalam balutan kain kafan dalam posisi tidur terlentang, seperti mayat. Namun, di antara "mayat" itu, ada yang tubuhnya bergerak.

Oleh Yair Netanyahu, video itu diberi keterangan,"Paliwood! Lihat pada "korban" orang Palestina di Gaza, tertangkap kamera di siaran langsung televisi Palestina." Ia juga membatasi yang bisa mengomentari video itu hanya yang telah menjadi pengikutnya di Twitter.

Masalahnya, video itu bukanlah orang-orang Palestina yang menjadi korban perang. Aslinya, itu adalah video aksi demontrasi mahasiswa Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, yang video aslinya dimuat di kanal Youtube milik Elbadil.com  pada 28 Oktober 2013. Para mahasiswa itu, menggelar aksi protes dengan menampilkan diri seolah-olah sebagai mayat. (Video aslinya bisa diakses di sini)

"Pertarungan melawan berita palsu itu penting - dan terlebih lagi di saat perang - dan sayang sekali bahwa putra Perdana Menteri Israel membantunya menyebar secara tidak bertanggung jawab," kritik Haaretz.

Selain Yair Netanyahu, video itu juga diunggah oleh sebuah akun Facebook atas nama Manohar Badhe pada 17 Mei lalu dengan keterangan,"Beginilah teroris Hamas Palestina mencoba menampilkan kepada dunia, melalui kamera TV, "kekejaman orang Israel" dalam membunuh "orang-orang Gaza yang tidak bersalah."

Seluruh drama terungkap ketika orang-orang yang berbaring mulai menggaruk setelah digigit semut di tanah."

Saat Cyberthreat.id mengakses laman Facebook itu pada Sabtu (22 Maret 2021), video itu telah dikaburkan oleh Facebook dengan menampilkan keterangan tambahan "Informasi Palsu. Diperiksa oleh pemeriksa fakta independen."  

Dalam konteks konflik Israel - Palestina, bukan kali ini saja video itu digunakan sebagai bahan propaganda untuk mengesankan seolah-olah orang Palestina berpura-pura menjadi korban orang. Para pendukung Israel sudah menggunakannya dengan narasi mirip yang dibuat oleh Yair Netanyahu sejak 2018 lalu. Itu terlihat dalam pelacakan oleh tim Cek Fakta kantor berita AFP Prancis.

"Teroris Hamas "yang mati" bahkan tidak bisa diam di depan kamera," tulis sebuah akun Facebook pada 18 Mei 2018. Untuk unggahan yang ini, Facebook tidak memberi keterangann tambahan apa pun.

Selain digunakan sebagai bahan untuk menyesatkan orang-orang dalam konflik Israel - Palestina, video itu juga pernah digunakan dan diberi narasi sebagai korban perang di Suriah. Itu muncul dalam sebuah video Youtube yang diunggah pada 9 April 2017.

Fakta tentang Video 'Orang Palestina Meninggal' Bangkit Lagi
Video lain yang juga viral karena diberi narasi yang salah adalah sebuah video yang menggambarkan orang-orang sedang  menggotong mayat di jalanan. Lalu, setelah terdengar bunyi sirene, penggotong mayat meletakkannya di jalan dan berlari menjauh. Dan, ajaib, mayat yang digotong tadi juga ikut lari.

Dalam narasi yang beredar di media sosial, oleh pendukung  Israel, video itu disebut sebagai orang Palestina yang berpura-pura menjadi korban perang. Padahal, menurut penelusuran Haaretz, itu adalah rekaman di Jordania dan diunggah ulang secara online pada Maret 2020. Lalu, kini dipakai untuk mengesankan bahwa orang-orang Palestina hanya berpura-pura menjadi korban perang.

Facebook dan platform media sosial lainnya telah menghadapi kritik atas penyebaran konten kekerasan, yang menurut para kritikus telah memicu ketegangan di kedua sisi konflik.

Dalam pertemuan dengan wartawan pada peluncuran laporan penegakan standar komunitas terbaru, wakil presiden kebijakan konten Facebook, Monika Bickert, mengatakan bahwa situs media sosial telah “mendirikan pusat operasi khusus yang memiliki kemampuan 24 jam, dengan penutur asli bahasa Bahasa Arab dan Ibrani, agar kami dapat terus mengikuti tren, pastikan bahwa kami mengidentifikasi konten yang melanggar kebijakan kami dan menghapusnya dengan cepat.”

Tim tersebut berfokus pada memerangi "perkataan yang mendorong kebencian, ancaman kekerasan, hasutan, dan kekerasan grafis."

Seorang perwakilan Facebook sebelumnya mengatakan kepada Haaretz bahwa kantor berita global Reuters adalah pemeriksa fakta berbahasa Ibrani dari platform media sosial untuk disinformasi virus corona, serta konten yang terkait dengan pemilu dan politik. Tim ini menyanggah gambar yang dibagikan di Facebook, Twitter dan Instagram yang secara palsu diklaim terkait dengan konflik tersebut. []

Baca juga:

#israel   #palestina   #hoaks   #disinformasi   #misinformasi

Share:




BACA JUGA
Jaga Kondusifitas, Menko Polhukam Imbau Media Cegah Sebar Hoaks
Menteri Budi Arie Apresiasi Kolaborasi Perkuat Transformasi Digital Pemerintahan
Butuh Informasi Pemilu? Menteri Budi Arie: Buka pemiludamaipedia!
Agar Tak Jadi Korban Hoaks, Menkominfo: Gampang, Ingat BAS!
Menkominfo Imbau Platform Digital Aktif Tekan Sebaran Konten Negatif PemiluĀ