
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018 menyatakan pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 171 juta (dari total jumlah penduduk 264 juta). Jumlah itu meningkat 10 persen atau bertambah sebanyak 27 juta pengguna dibandingkan tahun 2017.
Itu menjadi pertanda bahwa infrastruktur Indonesia mulai siap menghadapi era digitalisasi. Tinggal bagaimana mengambil peran bagaimana melakukan literasi dan edukasi sehingga saat infrastruktur siap, orang akan mengakses yang positif dari internet, bukan menyalahgunakannya.
Miss Internet hadir di sela pertumbuhan infrastruktur internet. Istilahnya, ada penyeimbang antara infrastruktur dengan penggunaannya. Sama dengan memberantas buta huruf di Indonesia beberapa dekade lalu, literasi internet diperlukan untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia global yang terasa semakin mengecil, arus informasi begitu cepat sehingga perubahan terjadi dalam sekejap mata.
Peradaban digital tidak akan sukses jika literasi tidak maksimal. Miss Internet Indonesia hadir untuk melaksanakan tugas tersebut. Literasi dan sosialisasi ibarat perang. Ada program yang dilakukan, harus ada strategi dan taktik yang mumpuni karena medan tempur Indonesia sangat luas termasuk bagaimana menaklukkan pengguna internet di berbagai pulau.
Tim Cyberthreat.id berkesempatan wawancara dengan Miss Internet Indonesia 2018, Nathasya Silaen, di Jakarta beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, literasi dan sosialisasi adalah pekerjaan sekaligus tanggung jawab bersama demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Berikut petikan wawancaranya:
Apa sih Miss Internet itu?
Miss Internet adalah sebuah gerakan yang dibuat dan di gagas oleh APJII. Melibatkan wanita muda Indonesia yang memiliki ketertarikan terhadap dunia digital dengan berbagai keahlian dan latar belakang seperti beauty influencer, public speaker, businesswoman dan sebagainya. Ada beberapa peran Miss Internet dalam kontribusinya untuk bangsa. Yang pertama adalah sebagai edukator.
Apa itu edukator?
Yang paling utama adalah literasi dan sosialisasi internet itu sendiri. Terutama bagaimana menggunakan internet sehat, bersih dan produktif. Dalam tahap lebih lanjut adalah bagaimana internet bisa meningkatkan kesejahteraan.
Tugas kedua Miss Internet adalah sebagai role model atau contoh. Menjadi contoh ini adalah berkontribusi langsung terhadap masyarakat. Masing-masing Miss Internet bergerak di bidangnya. Lalu mereka bikin YouTube, bikin Instagram, punya bisnis sampai berprofesi pengacara pun ada.
Nah, kami jadi ikon dan jadi teladan. Terutama Miss Internet adalah konten kreator. Kami yang bergerak di bidang beauty kita bikin Vlog dan sebagainya. Miss Internet itu dengan background apa pun bisa asalkan IT Lover.
Tugas ketiga Miss Internet adalah menjadi jembatan antara pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan dan lembaga masyarakat untuk membuat kegiatan yang berkontribusi bagaimana membangun internet ini bersama-sama.
IT Lover maksudnya apa?
Ada tiga kriteria Miss internet. Pertama adalah Smart dimana kami harus update dengan berbagai informasi dan teknologi. Public speaking tentang teknologi kami juga harus bisa menggunakannya atau memanfaatkan.
Kemudian Charm. Yaitu bagaimana kami membawakan diri karena Miss Internet itu harus energetik dan supel karena bertugas sebagai edukator tadi.
Syarat ketiga paling penting adalah IT Lover. Komponen ketiga ini sangat penting karena kalau tidak suka IT pasti malas update berita dan mencari informasinya. Makanya syarat paling penting Miss internet adalah IT Lovers.
Platform Miss internet boleh berbeda-beda, tapi dengan kecintaan terhadap dunia IT, kami pasti lebih concern membangun IT itu lebih baik dan lebih bagus lagi.
Kegiatan Miss Internet apa saja?
Tahun 2019 kami sudah melakukan sosialisasi dan literasi digital di Aceh sampai Lampung, Medan dan Riau juga. Besar harapan kami untuk menjangkau wilayah Timur di waktu mendatang.
Kami ingin berkolaborasi dengan lebih banyak komunitas dan membentuk workshop. Misalnya bagaimana cara membuat konten kreatif, memaksimalkan koneksi internet lalu memaksimalkan komunitas untuk membangun sinergi antara masyarakat.
Kami juga sosialisasi ke sekolah, universitas, kelompok masyarakat berbagai kalangan. Literasi dan sosialisasi itu sampai ke ibu-ibu, anak-anak sampai dunia bisnis yang setiap lapisannya memiliki tantangan berbeda-beda.
Problem literasi sejauh ini apa?
Ada berbagai problem dan tantangan. Saya kasih contoh begini. Misalnya bagaimana kita bermedia sosial di internet. Nah, untuk ini saya kan sampai masuk sampai ke wilayah remote dan wilayah yang akan dimasuki koneksi internet.
Kami kesulitan menjangkau daerah yang misalnya ada ibu-ibu. Di daerah remote, jarang ibu-ibu punya komunitas. Ketika internet masuk mereka langsung suka dengan medsos. Biasanya mereka senang sekali di tengah ketidaktahuan tentang bahaya dan ancaman negatif internet itu sendiri.
Kami bertemu manusia yang berbeda dan beragam sehingga harus menyesuaikan pembawaannya, materinya, sampai cara penyampaiannya pun berbeda. Indonesia ini luas dan berbagai kultur sehingga Miss Internet ditantang untuk bisa beradaptasi dengan segala jenis karakter masyarakat, beragam problem yang ada di lapangan dan sebagainya.
Bagaimana literasi menghadapi komunitas yang gagap teknologi (gaptek)?
Kalau saya menyiasatinya pelan-pelan. Karena setiap orang itu berbeda kemampuan dan daya menyerapnya. Saya selalu menyederhanakan penyampaian seperti mudah diingat dan gampang diperhatikan.
Contohnya kemarin saya bikin di YouTube soal SMS mendapatkan undian lalu klik link di bawah ini. Nah, perkara seperti itu kan orang banyak tidak tahu. Orang main asal pencet saja karena tawarannya bisa saja hadiah, tiket liburan hingga tabungan ratusan juta. Siapa yang tidak tertarik dengan tawaran itu semua.
Misalnya edukasi cybersecurity di kalangan pelajar saya kasih yang ringan dulu. Yang penting itu mudah dipahami dan kalau ingin diperdalam tentu ada langkah selanjutnya. Kami juga berkoordinasi dengan Kominfo dan Kemenpora setempat.
Apa rencana literasi anda pribadi dalam waktu dekat?
Saya sudah punya ide dan konsep yang berupaya membangun aplikasi atau platform agar database kita itu bisa di tracking. Selama ini kita bekerja sering kali manual. Mostly manual termasuk saat mengecek ke lapangan.
Nah, saya berharap misalnya anak petani atau anak nelayan bisa bikin komunitas untuk meningkatkan kinerja dari keluarganya.
Kenapa begitu?
Karena kalau memaksakan literasi digital kepada orang tua yang petani atau nelayan akan susah. Karena basically para orang tua itu hanya tahu produksi saja.
Komunitas nantinya bekerja sama dengan komunitas lain mengembangkan pertanian atau nelayan di daerah masing-masing. Selama ini anak petani atau anak nelayan kuliah ke kota sementara orang tuanya setengah mati di kampung mencari uang.
Kemudian sang anak tidak mau balik kampung lagi karena sudah enak dan nyaman di kota. Itu sebabnya kami ingin membuka peluang lewat penetrasi internet, yaitu mempertemukan komunitas-komunitas anak nelayan dan anak petani agar bisa bertemu dalam satu platform yang sama kepentingan.
Tujuannya apa?
Supaya mereka bisa sharing. Misalnya bagaimana cara bujeting untuk bisnis di bidang perikanan atau pertanian. Komunitas ini bisa bergerak mengadakan acara. Mengundang fintech atau financial planner atau misalnya produk dari petani itu mau dimasukkan ke e commerce.
Tentu komunitas tadi berperan mengundang para pakar atau ahli bagaimana caranya masuk e commerce dengan standar produk pertanian yang bagus. Standarisasi produk atau packaging misalnya.
Supaya masing-masing daerah itu gak kehilangan potensi anak mudanya. Tidak melulu anak-anak petani itu ke kota saja tapi bagaimana membangun dan meningkatkan ekonomi di kampungnya lewat internet.
Daerah yang di incar mana saja?
Daerah yang memiliki aset pertanian besar seperti lahan dan kesuburan. Nah, efeknya saat sebuah produktivitas sebuah daerah tinggi, maka otomatis penyelenggara internet akan masuk dan memasang internet di sana.
Itu karena punya potensi pertanian atau perikanan tadi.
Nanti lewat komunitas banyak yang bisa di sharing, kekuatannya juga lebih besar, diplomasi juga dapat dan yang semakin makmur dan sejahtera itu akan makin banyak. Makanya kami ingin masing-masing Kementerian mendata hasil produksi pertanian menggunakan internet agar Big Data-nya bisa digunakan.
Share: