
Ilustrasi AS vs China
Ilustrasi AS vs China
Jakarta, Cyberthreat.id - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengimbau generasi muda dan Millenial untuk mewaspadai perang dagang maupun perang teknologi yang kini sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) kontra China.
Salah satu bentuk kewaspadaan adalah kaum Millenial harus menguasai teknologi termasuk mandiri dengan SDM-nya lewat dukungan penuh negara.
Bamsoet menyebut perang dagang/perang teknologi yang berujung perang ideologi antara AS vs China akan berlangsung lama. Perang dua raksasa bisa saja membuat yang kecil terkena libasan, tapi di sisi lain Indonesia tetap punya kesempatan.
Disaat kedua negara tersebut saling mengunci teknologi dan saling mengunci sumber ekonomi, maka disitulah kesempatan Indonesia untuk membangun platform teknologi digital dalam negeri.
"Kita harus mencontoh apa yang dilakukan China dalam lima tahun terakhir, yaitu membangun swasta dengan perlindungan ketat dari negara," kata Bamsoet di Jakarta Sabtu (6 Juli 2019).
Ia mencontohkan bagaimana pemerintah China melindungi jejaring pertemanan online REN REN sehingga raksasa Facebook dilarang masuk. Setelah REN REN menguasai 80 persen jejaring perkawanan di China, Facebook baru diperbolehkan masuk.
Kemudian China juga melindungi Didi Chuxing, online transportation yang menguasai 80 pasar China. Setelah kuat di dalam pasar dalam negeri yang sangat besar, pemerintah China baru mengizinkan Uber masuk.
Demikian juga Alibaba yang telah menguasai 80 persen pasar China, baru mengizinkan Amazon masuk.
Baidu, Google-nya China, setelah menguasai lebih dari 80 persen pasar dalam negeri Tirai Bambu, baru mengizinkan Google cs masuk sebagai search engine. Yoku menguasai 80 persen pasar China, Youtube baru boleh masuk.
"Jika Indonesia ingin maju, maka aplikasi anak negeri harus dilindungi terlebih dahulu. Saya mendorong anak bangsa membuat platform digital teknologi sendiri. Buat Google versi Indonesia atau buat Facebook versi Indonesia. Dan, terpenting semua platform digital teknologi anak bangsa tersebut dilindungi secara maksimal oleh negara," jelas Bamsoet.
Bamsoet percaya jika Indonesia menjalankan kebijakan tersebut maka dalam satu atau dua tahun kedepan kaum milenial Indonesia bisa membuat dan mengembangkan platform digital teknologi tersebut.
Sehingga ketika puncak perang AS kontra China terjadi, Indonesia sudah punya semuanya.
"Bukan mustahil, saat puncak perang terjadi, Amerika akan mematikan medsos mereka, internet mereka, satelit mereka. Karena itu adalah strategi perang battle space yaitu penaklukan ruang udara. Tetapi jika Indonesia sudah memiliki platform sendiri, maka kita tetap bisa connect," tandas Bamsoet.
Contoh lain yang digunakan Bamsoet adalah saat terjadinya pemblokiran dan pembatasan media sosial di Indonesia beberapa waktu lalu.
Banyak netizen yang langsung uring-uringan. Apalagi kalau China mematikan 5G atau Amerika mematikan 4G nya.
"Bayangkan kalau mereka matikan itu semua. Indonesia jadi bingung. Karena kita terlalu bergantung pada network asing. Saya tegaskan jangan sampai itu terjadi. Lalu apa solusinya? Sekali lagi, kita harus membangun platform digital teknologi sendiri. Dan, itu harus dilindungi oleh negara."
Share: