
Ilustrasi via Axiox
Ilustrasi via Axiox
Cyberthreat.id - Kejaksaan Swedia menuding intelijen militer Rusia telah meretas badan olahraga Swedish Sports Confederation pada 2017 - 2018 untuk mendiskreditkan para atletnya, tetapi Swedia tidak berencana untuk mengajukan tuntutan.
Peretasan itu, seperti dilaporkan Associated Press, Selasa (12 April 2021), memengaruhi beberapa badan olahraga terkemuka dunia termasuk FIFA dan Badan-Anti-Doping Dunia.
Jaksa Swedia mengatakan "pelanggaran berulang dan komprehensif" yang menargetkan Konfederasi Olahraga Swedia oleh GRU mengakibatkan data pribadi atlet, seperti rekam media, dapat diakses dan informasinya dipublikasikan oleh media Swedia. Mereka yang data pribadinya bocor, di antaranya pemain sepak bola putri Swedia, Olivia Schough.
GRU adalah intelijen militer Rusia yang di dunia hacker juga dikenal sebagai APT28 atau Fancy Bear.
Kepala kontra-intelijen di Badan Keamanan Dalam Negeri Swedia Sapo, Daniel Stenling, mengatakan bahwa dugaan pelanggaran data itu adalah contoh ketika olahraga digunakan untuk memperkuat citra negaranya sediri sekaligus mendiskreditkan negara lain dan atletnya.
Jaksa penuntut umum Swedia Mats Ljungqvist mengatakan telah memutuskan untuk membatalkan penyelidikan, "Karena kurangnya prasyarat yang diperlukan untuk melakukan proses hukum di luar negeri atau ekstradisi ke Swedia".
Pembobolan data itu dikatakan terjadi sejak Desember 2017 hingga Mei 2018. Saat itu, Swedia sedang mengajukan tawaran untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2026.
"Ini adalah kejahatan serius terhadap kemanusiaan dan nilai-nilai di mana informasi pribadi yang sensitif isebarkan tapa sedikit pun memikirkan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi individu," kata Bjorn Eriksson, Ketua Konfederasi Olahraga Swedia.
Ljungqvist mengatakan pelanggaran data itu adalah bagian dari kampanye sistematis yang lebih besar oleh peretas Rusia terhadap organisasi olahraga internasional, seperti FIFA, WADA, Badan Anti-Doping Amerika Serikat, dan Pengadilan Arbitrase Olahraga. Amerika Serikat mengeluarkan dakwaan pada 2018 atas dugaan peretasan Rusia terhadap badan Olimpiade dan sepak bola.
Kampanye peretasan dimulai setelah program doping yang didukung negara Rusia terungkap pada 2015.
Rusia telah dilarang menurunkan tim nasional di dua Olimpiade ke depan dan acara olahraga kejuaraan dunia apa pun selama 2 tahun ke depan, setelah Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) dengan suara bulat menemukan bahwa mereka tidak mematuhi aturan anti-doping internasional.
Pada 2018, dakwaan Departemen Kehakiman AS menuduh tujuh peretas GRU berusaha membalas sanksi tersebut dengan membocorkan informasi pada 2016 tentang tes narkoba dan penggunaan narkoba oleh ratusan atlet top dunia.
Mereka yang menjadi target termasuk bintang tenis Serena dan Venus Williams, pesenam Simone Biles dan pebalap sepeda Chris Froome, yang semuanya telah menerima pengecualian untuk penggunaan obat-obatan yang dilarang WADA.
Menurut jaksa AS, kebocoran itu ditujukan untuk merusak, membalas dan mendelegitimasi pekerjaan WADA.[]
Editor: Yuswardi A. Suud
Share: