IND | ENG
Mimpi LinkAja Menggerakkan Ekonomi Indonesia

(Dari kiri) COO LinkAja Haryati Lawidjaja, CEO LinkAja Danu Wicaksana, CTO LinkAja Arman Hazairin, CMO LinkAja Edward Kilian Suwignyo | Foto: Rahmat Herlambang

Mimpi LinkAja Menggerakkan Ekonomi Indonesia
Arif Rahman Diposting : Kamis, 04 Juli 2019 - 18:20 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Apa yang paling berharga dalam hidup anda. Jawabannya mungkin saja waktu. Waktu adalah seluruh rangkaian yang telah berlalu, sekarang dan yang akan datang. 

Waktu menjadi salah satu konsep bisnis LinkAja yang merupakan sinergi dari produk keuangan elektronik berbagai BUMN. Simpelnya, LinkAja adalah mata uang elektronik nasional yang ingin menjadi kebanggaan dan kekuatan Indonesia ke depan.

Pernahkah anda berpikir suatu saat tidak ada lagi uang kembalian recehan. Kemudian antre mengular saat akan masuk tol tidak ada lagi. Atau tidak ada lagi ribet saat merogoh kantong/dompet ketika bertransaksi. 

Nah, inilah yang dipangkas LinkAja di berbagai bidang mulai dari sektor transportasi, perbankan, pembayaran sampai membeli sayur di depan rumah atau membeli es batu di warung sebelah. 

"Misalnya bayar merchant pakai LinkAja bisa dengan dua cara, pakai TAP (NFC) atau SNAP (QR Code). Belanja apapun jadi praktis," kata Chief Operating Officer (COO) LinkAja, Haryati Lawidjaja di Energy Building, Jakarta, Kamis (4 Juli 2019).

LinkAja menghadirkan beragam fitur dan layanan transaksi pembayaran di lebih dari 150 ribu merchant. Pembayaran di lebih dari 400 tagihan dan produk digital seperti IndiHome, bayar listrik PLN, voucher game, belanja online sampai moda transportasi umum.

Saat ini, kata Haryati, LinkAja telah memiliki 100 ribu titik Cash In Cash Out (CICO) di seluruh Indonesia. CICO bisa saja di Indomaret dan Alfamart, Grapari Telkomsel hingga puluhan ribu link ATM dan lebih dari 100 ribu jaringan outlet Mitra LinkAja (MiLA).

"Jadi kalau mau tarik cash di ATM pakai LinkAja," ujar Haryati.

Ekosistem Raksasa

LinkAja diluncurkan pada Minggu 30 Juni 2019 di Gelora Bung Karno. Acara dipimpin Menteri BUMN Rini Soemarno, dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Sosial Agus Gumiwang, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hingga Wakil Presiden, Jusuf Kalla.

"Dari situ anda bisa melihat bagaimana dukungan pemerintah terhadap LinkAja," kata Chief Marketing Officer (CMO) Edward Kilian Suwignyo.

Dalam sebuah server, LinkAja men-sinergikan data Telkomsel dengan tujuh BUMN yakni Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BTN, Bank BNI, Pertamina, Asuransi Jiwasraya dan Danareksa. Inilah gambaran ekosistem raksasa LinkAja.

Edward menyebut terdapat lima sektor LinkAja yang akan bersifat massal yaitu transortasi, merchant, financial service, online payment dan peer to peer lending atau pinjaman online. Itu sebabnya yang diutamakan adalah ekosistemnya dulu

"Karena kami ingin memberikan kemudahan-kemudahan baru, maka user experience sangat berpengaruh," kata Edward.

Pedagang Kecil dan Transportasi Umum

Chief Technology Officer (CTO) LinkAja, Arman Hazairin, mengatakan LinkAja ingin mengakses puluhan juta pedagang kecil yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Sebut saja tukang sayur, Pasar Mayestik, Pasar Tanah Abang sampai pasar induk sebisa mungkin bertransaksi menggunakan LinkAja. Arman optimis LinkAja bisa mencapai target tersebut karena DNA mereka adalah Indonesia. 

"Pasti butuh waktu dan kami percaya Indonesia bisa. Kalau anda tanya bagaimana? Saya jawab simpel saja. Sekarang tukang sayur, tukang bakso di depan rumah saya pakai smartphone semuanya," ujar dia.

Kemudian, kata Arman, LinkAja sedang mempersiapkan akses di transportasi umum yang bakal masif. Menurut dia, Indonesia harus punya keunggulan di sektor transportasi massal seperti dari sisi teknologi dan kemudahan dalam penggunaannya.

"Taksi, kereta api, commuter line, bus, Damri, LRT dan sebagainya. Perlahan kami akan menuju ke sana, tapi tidak bisa loncat begitu saja. Perlahan," kata dia.

Persaingan dengan OVO dan Go-Pay

Chief Executive Officer (CEO) LinkAja, Danu Wicaksana, mengatakan mereka tidak memikirkan persaingan dengan kompetitor.

Terpenting adalah bagaimana LinkAja mempersiapkan diri untuk meraih pasar 75 persen orang Indonesia yang belum tersentuh budaya non-tunai.

"Jadi, kami dan beberapa pemain uang elektronik lainnya bahu membahu bersatu dalam mengedukasi masyarakat untuk mengadopsi budaya cashless," kata Danu.

Terdapat dua misi besar LinkAja menurut Danu. Pertama, menjadi uang elektronik yang besar. Kedua, menyukseskan program pemerintah yakni memperluas atau membangun cashless society

LinkAja juga akan menjadi mitra pemerintah dalam penyaluran bantuan seperti digitalisasi pasar tradisional, digitalisasi pendapatan daerah, kerja sama penyaluran dana modal UMKM hingga saluran Bansos.

"Gerakan non-tunai ini harus menjadi pergerakan ekonomi Indonesia. Itu mimpi besar kami." 

#linkaja   #bumn   #ekosistem   #ekonomi   #digital

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
INA Digital Mudahkan Masyarakat Akses Layanan Publik dalam Satu Aplikasi
Dukung Digitalisasi Aceh, Wamen Nezar Patria Percepat Pemerataan Konektivitas dan Talenta Digital