IND | ENG
Operator Telekomunikasi Australia Blokir 55 Juta Panggilan Telepon Penipuan

Ilustrasi | Foto: NBC News

Operator Telekomunikasi Australia Blokir 55 Juta Panggilan Telepon Penipuan
Andi Nugroho Diposting : Selasa, 30 Maret 2021 - 14:10 WIB

Cyberthreat.id – Perusahaan telekomunikasi Australia membokir lebih dari 55 juta panggilan telepon penipuan (scam calls) sejak Desember 2020.

Tak hanya memblokir panggilan yang berasal dari jaringan, mereka juga memblokir panggilan antarjaringan, demikian sesuai perubahan baru pedoman pemerintah bertajuk “Reducing Scam Calls Code.”

“Operator diharuskan untuk mencari karakteristik scam call, berbagi informasi dengan perusahaan telekomunikasi dan regulator lain, memblokir nomor penipuan, termasuk dari nomor luar negeri dan mengambil tindakan untuk memeranginya,” kata Menteri Komunikasi Australia Paul Fletcher, Selasa (30 Maret 2021) seperti dikutip dari ZDNet.

Selama 2020, menurut dia, warga Australia kehilangan AU$48 juta karena penipuan melalui telepon.

Sejak kebijakan itu diperkenalkan, Kementerian Kominfo Australia mengatakan, perusahaan telekomunikasi telah memblokir lebih dari 30 juta telepon penipuan pada 2020.

Sepanjang Februari 2021, Telstra mengatakan, telah memblokir sekitar 6,5 juta telepon penipuan yang dicurigai, kadang-kadang hingga 500.000 telepon per hari.

Sementara, mulai Mei, perusahaan menerapkan pemfilteran DNS untuk melawan botnet, trojan, dan jenis malware lainnya, dan diperluas ke pemblokiran pesan teks phishing yang berkedok “myGov” atau “Centrelink” sebelum menyerang telepon pelanggan.

“Jika Anda merasa menerima telepon penipuan, saran sederhana kami adalah tutup telepon,” ujar CEO Telstra Andy Penn.

Sementara itu, Australia Competition & Consumer Commission (ACCC), mengatakan, bisnis Australia juga mengalami kerugian lebih daru AU$14 juta karena penipuan email (bussiness email compromise/BEC).

Dalam penipuan BEC, penjahat siber mengelabui korban agar mentranfser uang ke rekening mereka. Mereka biasanya menyamar sebagai pelanggan atau pemasok yang sah, berpura-pura menjadi bos dan mengirimkan tagihan palsu.

"Penipu cenderung menargetkan karyawan baru atau bahkan sukarelawan, karena mereka cenderung tidak terbiasa dengan proses keuangan atasan mereka atau jenis permintaan yang diharapkan dari atasan mereka," kata Wakil Ketua ACCC Delia Rickard.

Ia pun menyarankan agar setiap kali ada permintaan untuk mengubah rincian pembayaran, selalu periksa kembali lewat dokumen yang telah tersimpan ketimbang percaya begitu saja dengan pesan yang tertera di email.[]

#scamcall   #penipuanbec   #penipuanemail   #panggilanteleponpenipuan   #kejahatansiber   #ancamansiber

Share:




BACA JUGA
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata
7 Kegunaan AI Generatif untuk Meningkatkan Keamanan Siber
Para Ahli Mengungkap Metode Pasif untuk Mengekstrak Kunci RSA Pribadi dari Koneksi SSH
BSSN dan Huawei Berikan Literasi Keamanan Siber Bagi Peserta Diklat Kemenlu
Kaspersky: 1 dari 5 Pengguna Internet Indonesia Jadi Sasaran Serangan Siber