
Ilustrasi via Nikkei Asia
Ilustrasi via Nikkei Asia
Cyberthreat.id - Toko aplikasi Apple, App Store, dikabarkan menampung lebih dari selusin aplikasi yang dibuat oleh kelompok milisi atau paramiliter China yang terkait dengan genosida Uighur, yang masuk daftar hitam Amerika Serikat.
Kabar ini membetot perhatian lantaran baru-baru ini Facebook mengungkapkan telah berupaya memerangi malware yang disebar lewat tautan Facebook dan menargetkan Muslim Uighur di luar China. (Lihat: Facebook: Hacker China Mata-matai Muslim Uighur di Luar Negeri)
Dilansir dari Apple Insider yang mengutip laporan The Information pada Jumat (26 Maret 2021), lebih dari selusin aplikasi yang dihosting di Apple App Store itu dibuat oleh berbagai divisi dari Xinjiang Production and Construction Corps, organisasi paramiliter yang bertanggung jawab atas wilayah Xinjiang di Cina.
Kelompok itu sebelumnya telah dituduh oleh banyak pemerintah Barat, dan pegiat hak asasi manusia, telah menahan, menyalahgunakan, atau mensterilkan hingga dua juta orang Uighur. China telah berulang kali membantah tuduhan itu tetapi, secara terpisah, pemerintah wilayah itu juga dituduh melacak komunitas muslim Uyghur melalui situs web yang diretas dan kerentanan iOS.
Menghosting aplikasi tampaknya melanggar daftar hitam Departemen Keuangan AS yang melarang perusahaan Amerika berbisnis dengan kelompok-kelompok termasuk Xinjiang Production and Construction Corps.
Laporan The Information menyebutkan bahwa Apple telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka telah meninjau aplikasi, dan menyimpulkan aplikasi-aplikasi itu mematuhi hukum AS. Departemen Keuangan AS belum berkomentar.
Apple sebelumnya telah didenda karena menghosting aplikasi oleh perusahaan yang masuk daftar hitam. Saat itu, Apple harus membayar US$ 467.000 kepada Departemen Keuangan atas apa yang digambarkannya sebagai "secara tidak sengaja membayar seorang pengembang yang masuk dalam daftar blacklist Departemen Keuangan AS."
Dalam kasus tersebut, Apple secara sukarela mengaku bersalah. Namun, Departemen Keuangan masih mengatakan bahwa Apple telah "menunjukkan pengabaian yang ceroboh terhadap persyaratan sanksi AS."
Tindakan pemerintah China terhadap warga minoritas Uighur, dan kelompok lain, secara resmi disebut genosida oleh Departemen Luar Negeri AS. Tanggapan AS telah memasukkan Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur, meskipun Apple sebelumnya telah dituduh melobi untuk melemahkan RUU tersebut.
Apple juga dituduh menunda-nunda mengoreksi pemasok yang melanggar undang-undang ketenagakerjaan di China. Perusahaan juga telah menarik ribuan aplikasi untuk mematuhi hukum China.
Ketika ketegangan perdagangan AS / China memburuk selama beberapa tahun terakhir, Apple juga telah bergabung dengan perusahaan teknologi lain untuk mengurangi ketergantungannya pada negara itu.[]
Share: