
Ilustrasi via BukaReview
Ilustrasi via BukaReview
Cyberthreat.id - Perusahaan energi Shell mengungkapkan mengalami pencurian data setelah penyerag menyusup ke sistem berbagi file perusahaan yang menggunakan perangkat lunak File Transfer Appliance (FTA) dari Accellion.
Shell adalah grup perusahaan petrokimia dan energi multinasional dengan lebih dari 86.000 karyawan di lebih dari 70 negara. Berdasarkan peringkat Global 500 Fortune, Shell merupakan perusahaan terbesar kelima berdasarkan hasil pendapatan tahun 2020.
Shell mengungkapkan serangan itu dalam pernyataan publik yang diterbitkan di situs web perusahaan minggu lalu. Dikatakan, insiden itu hanya memengaruhi alat Accellion FTA yang digunakan untuk mentransfer file data besar.
"Setelah mengetahui insiden tersebut, Shell mengatasi kerentanan tersebut dengan penyedia layanan dan tim keamanan sibernya, dan memulai penyelidikan untuk lebih memahami sifat dan tingkat insiden tersebut," kata Shell seperti diberitakan Bleeping Computer, Senin (22 Maret 2021).
"Tidak ada bukti dampak apa pun pada sistem TI inti Shell karena layanan transfer file diisolasi dari infrastruktur digital Shell lainnya."
Shell juga menghubungi otoritas data dan regulator terkait setelah menemukan bahwa penyerang memperoleh akses ke file yang ditransfer menggunakan alat Accellion FTA yang disusupi.
Menurut perusahaan, beberapa data yang diakses selama serangan itu adalah milik pemangku kepentingan dan anak perusahaan Shell.
"Beberapa berisi data pribadi dan lainnya termasuk data dari perusahaan Shell dan beberapa pemangku kepentingan mereka," kata Shell.
"Shell berhubungan dengan individu dan pemangku kepentingan yang terkena dampak dan kami bekerja dengan mereka untuk mengatasi kemungkinan risiko."
"Keamanan dunia maya dan privasi data pribadi penting bagi Shell dan kami terus bekerja untuk meningkatkan praktik manajemen risiko informasi kami. Kami akan terus memantau sistem TI kami dan meningkatkan keamanan kami. Kami mohon maaf atas keprihatinan dan ketidaknyamanan yang mungkin ditimbulkan oleh pihak yang terkena dampak," tambah perusahaan.
Dalam pernyataannya, Shell tidak mengungkap identitas penyerang. Namun, pernyataan bersama yang dirilis oleh Accellion dan Mandiant bulan lalu, serangan itu dikaitkan dengan grup kejahatan dunia maya FIN11.
Geng ransomware Clop juga telah menggunakan kerentanan zero-day Accellion FTA (diungkapkan pada pertengahan Desember 2020) untuk membobol dan mencuri data dari banyak perusahaan.
Accellion mengatakan bahwa 300 pelanggan menggunakan perangkat lunak FTA lama yang berusia 20 tahun, dengan kurang dari 100 di antaranya dilanggar oleh geng ransomware Clop dan FIN11 (kelompok kejahatan dunia maya di balik serangan ini).
Menurut Accellion, kurang dari 25 korban tampaknya "mengalami pencurian data yang signifikan."
Bobolnya sistem Accellion menyebabkan terjadinya pencurian data berjamaah pada sejumlah entitas pengguna perangkat lunaknya, termasuk perusahaan keamanan siber Qualys, raksasa supermarket Kroger, Reserve Bank of New Zealand, Komisi Sekuritas dan Investasi Australia (ASIC), Singtel Singapura, QIMR Berghofer Medical Research Institute, Kantor Auditor Negara Bagian Washington, hingga perusahaan pembuat pesawat Bombardir.
Anggota Five Eyes juga telah mengeluarkan nasihat keamanan bersama bulan lalu tentang serangan yang sedang berlangsung dan upaya pemerasan yang menargetkan organisasi menggunakan versi Accellion File Transfer Appliance (FTA) yang belum ditambal.[]
Share: