
Elon Musk saat peluncuran produk Tesla di China tahun 2019 | Arsip
Elon Musk saat peluncuran produk Tesla di China tahun 2019 | Arsip
Cyberthreat.id - Kepala eksekutif Tesla Inc Elon Musk mengatakan perusahaannya bisa ditutup jika mobil buatan Tesla digunaka untuk memata-matai. Pernyataan itu menyusul pemberitaan yang menyebut militer China melarang mobil Tesla masuk ke instalasi mereka.
“Ada dorongan yang sangat kuat bagi kami untuk sangat merahasiakan informasi apa pun,” kata Musk di forum China terkemuka yang digelar secara virtual.
"Jika Tesla menggunakan mobil untuk memata-matai di China atau di mana pun, kami akan ditutup," kata Elon Musk seperti diberitakan Reuters, Minggu (21 Maret 2021).
Musk menambahkan, tidak ada perusahaan Amerika atau China yang berani mengambil risiko dengan mengumpulkan data pribadi dan membagikannya dengan pemerintah.
"Apakah itu Amerika Serikat atau China, efek negatif jika sebuah perusahaan komersil terlibat aktivias mata-mata, itu akan berdampak sangat buruk," kata Musk seperti dikutip AFP.
Pada hari Jumat, Wall Street Journal melaporkan bahwa pemerintah China membatasi penggunaan mobil Tesla oleh militer dan karyawan perusahaan milik negara. Keputusan itu diambil lantaran China curiga data yang dikumpulkan oleh mobil dengan teknologi canggih itu dapat menjadi sumber kebocoran keamanan nasional.
Diketahui, mobil listrik Tesla dilengkapi dengan teknologi digital berupa kamera perekam, sensor, serta konektvitas internal yang memungkinkan pembuat mobil mengumpulkan data, termasuk kapan, bagaimana, dan di mana kendaraan digunakan. Daftar kontak di ponsel juga dapat disinkronkan dengan aplikasi mobil. Beijing khawatir data-data itu dapat dikirimkan ke Amerika.
China dan Amerika diketahui terlibat persaingan dagang menahun, termasuk di bidang teknologi. Sebelumnya, Amerika menuding perusahaan China termasuk Huawei sebagai ancaman keamanan nasional lewat peralatan teknologi komunikasinya. Huawei berkali-kali membantah tudingan itu.
Dalam sambutannya secara virtual di Forum Pembangunan China, sebuah pertemuan bisnis tingkat tinggi, Elon Musk mendesak kedua pihak membangun rasa saling percaya yang lebih besar.
Di China, pasar mobil terbesar di dunia dan medan pertempuran utama untuk kendaraan listrik (Electric Vehicle), Tesla menjual 147.445 kendaraan tahun lalu, 30% dari total penjualan globalnya. Namun, ia menghadapi persaingan lebih berat tahun ini dengan munculnya produsen mobi listrik domestik, dari Nio Inc hingga Geely.
Bulan lalu, seperti dilaporkan Bloomberg, lima regulator China telah memanggil perwakilan Tesla karena beberapa masalah kualitas dan keamanan. Tesla berjanji mematuhi hukum dan peraturan China dan memperkuat manajemen internal. Itu terjadi setelah seorng staf Tesla di China menyalahkan jaringan listrik nasional telah merusak kendaraan pelanggan.
"Kami sangat menyesal atas kesalahpahaman dan ingin meminta maaf kepada Jaringan Listrik Nanchang atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan," kata perwakilan Tesla dalam sebuah video.
Menurut Bloomberg, sikap Tesla di China berbanding terbalik dengan yang diperlihatkan saat berhadapan dengan otoritas Amerika. Musk pernah menutup telepon dari Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Amerika, dan berselisih dengan pihak berwenang di Alameda County, California, tempat pabrik Tesla berada, karena pembatasan selama pandemi Covid-19.[]
Share: