
Ilustrasi | Foto: Freepik
Ilustrasi | Foto: Freepik
Jakarta,cyberthreat.id - Para ahli Kaspersky telah mendeteksi peningkatan dua kali lipat serangan terhadap pengguna Personal Computer / PC melalui sistem pembersih palsu.
Sistem pembersih palsu / hoax system cleaners ini, dirancang untuk mengelabui pengguna agar membayar sejumlah uang yang diduga sebagai biaya perbaikan komputer yang serius.
Kaspersky melaporkan, jumlah pengguna yang terkena serangan mencapai 1.456.219 pada paruh pertama 2019. Jumlah ini tumbuh signifikan dibandingkan periode yang sama pada 2018, yaitu sejumlah 747.322. Bahkan, beberapa serangan menjadi lebih canggih dan berbahaya.
“Kami telah menyaksikan bagaimana fenomena hoax cleaners ini telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, dan ini merupakan ancaman yang aneh,” kata Artemiy Ovchinnikov, Peneliti Keamanan Kaspersky melalui siaran pers, Rabu, (3 juli 2019).
Ovchinnikov menjelaskan, komputer yang lambat atau berkinerja buruk adalah keluhan umum di antara para pengguna PC. Di sisi lain, banyak aplikasi yang sah tersedia untuk memecahkan masalah tersebut.
Namun, di diantara semua yang asli, terdapat pula solusi palsu yang dikembangkan oleh para pelaku penipuan agar meyakini pengguna bahwa komputer mereka dalam bahaya kritis. Misalnya seperti kelebihan memori, dan harus segera dibersihkan.
“Pelaku kemudian menawarkan layanan seperti pembersihan sebagai imbalan untuk pembayaran. Kaspersky mendefinisikan dan mendeteksi program tersebut sebagai hoax system cleaners," ujar Ovchinnikov.
Ovchinnikov melanjutkan, setelah menerima izin dan pembayaran dari pengguna, pelaku penipuan memasang sebuah program palsu yang mengklaim untuk membersihkan PC. Tetapi yang kerap terjadi adalah program justru tidak berbuat apapun hingga menginstal adware.
“Layaknya badai yang mengganggu dan bersifat tidak penting, hingga terpaan iklan yang tidak diminta pada komputer. Mirisnya ini semakin meningkat, para pelaku kejahatan cyber akhirnya banyak menggunakan pemasangan pembersih palsu untuk mengunduh atau menyamarkan malware seperti Trojan atau ransomware,” ungkap Ovchinnikov.
Disebutkan, negara-negara yang paling terkena dampak serangan dengan pembersih palsu pada paruh pertama 2019 adalah Jepang dengan 12 persen pengguna yang terkena dampak, diikuti oleh Jerman 10 persen , Belarus 10 persen, Italia 10 persen dan Brasil 9 persen.
Share: