Cyberthreat.id – Salah satu hal mendasar untuk melindungi diri dari serangan siber adalah membangun kesadaran tetang pemahaman keamanan siber.
Direktur Pengendalian Informasi, Investigasi, dan Forensik Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Bondan Widiawan, mengatakan, terkait keamanan siber faktor teknologi hanya berperan sekitar 30 persen, sisanya adalah faktor manajemen, salah satunya sumber daya manusia.
Setiap orang yang menggunkan ponsel pintar, kata Bondan, adalah calon korban kejahatan siber. Oleh karenanya, ia menekankan pemahaman tentang vulnerability atau kerawanan.
Hal itu disampaikan Bondang saat menjadi narasumber #CyberCorner bertajuk "Pentingnya Menjaga Data Pribadi" yang diadakan Cyberthreat.id melalui platform telekonferensi Jumpa.id, Senin (5 Maret 2021)
Berikut ini beberapa hal, menurut Bondan, yang perlu dibangun oleh setiap pribadi pengguna internet untuk mengantisipasi dari serangan siber, antara lain:
- Gunakanlah perangkat lunak sistem operasi (OS) asli, bukan bajakan. Ini menghindari perangkat dijadikan oleh peretas sebagai botnet untuk melakukan serangan ke sistem lain.
- Fitur-fitur firewall pada komputer diaktifkan. Firewall adalah sistem keamanan jaringan komputer yang membatasi lalu lintas internet masuk, keluar, atau dalam jaringan pribadi. Firewall digambarkan seperti halnya pagar yang dipasang di depan rumah untuk menjadi sebuah batas atau penghalang untuk orang lain masuk secara bebasnya.
- Jangan unduh perangkat lunak untuk file eksekusi secara gegabah. File yang dapat diekeskusi adalah jenis file komputer yang menjalankan program saat dibuka. Ini berarti menjalankan kode atau serangkaian instruksi. Di Windows, file ini biasanya berekstensi .exe atau disebut sebagai "file EXE". File-file semacam ini dapat digunakan untuk mendistribusikan virus dan malware. Biasanya file .exe yang mengandung malware dikirim melalui email—dari sinilah muncul istilah email phishing.
- Jika sudah terkena malware, pengguna Windows (sistem operasi yang paling banyak digunakan dan diserang) bisa mengaktifkan “Safe Mode”. Di Safe Mode, pengguna bisa memindai dan menghapus elemen-elemen yang berbahaya. Atau, cara manualnya, Bondan mengatakan bisa dengan masuk ke Windows Registry, lalu mereset browser-nya dan matikan “auto-runs”. Setelah itu, ganti kata sandi dengan lebih kuat.
- Jangan mudah membagikan kegiatan apa pun di media sosia karena bisa menjadi petunjuk bagi penjahat siber.
- Hati-hati saat membuat kartu nama di pinggir jalan. Bondan mengatakan secara tidak langsung cara ini memberikan data pribadi kepada orang lain dan bisa saja disalahgunakan. Salah satunya, nomor ponsel yang bisa disalahgunakan untuk ditarget pembajakan akun WhatsApp. "Begitu kartu nama kita dapat, kemudian ada orang yang mengumpulkan data-data itu, kita enggak tahu kalau kemudian itu mungkin disalahgunakan," ujarnya.
- Hati-hati saat membeli pulsa elektronik di pinggir jalan. Sama halnya dengan membuat kartu nama di pinggir jalan, ini juga secara tidak langsung memberikan nomor ponsel kepada si penjual yang tidak diketahui apakah itu akan aman saja atau bisa disalahgunakan. "Ditanya nomornya berapa kemudian kita akan dibanjiri sesuatu yang tidak kita inginkan. Seperti iniperlu kita hindari dan pahami," jelasnya.[]
Redaktur: Andi Nugroho