
Logo Google | Foto: Freepik.com
Logo Google | Foto: Freepik.com
Cyberthreat.id – Hakim federal AS pada Jumat (12 Maret 2021) menolak permohonan Google atas gugatan class action terkait “mode incognito” (penjelajahan pribadi/penyamaran) yang dituding sejumlah kelompok pengguna sebagai penipuan.
"Pengadilan menyimpulkan bahwa Google tidak memberitahu pengguna bahwa Google terlibat dalam dugaan pengumpulan data saat pengguna dalam ‘mode incognito’," tulis Hakim Distrik AS Lucy Koh di San Jose, California, dalam putusan awal.
Dengan keputusan itu, proses sidang gugatan tersebut akan dilanjutkan.
Para penggugat mengatakan, Google mengizinkan peramban webnya, Chrome, secara diam-diam melacak informasi tentang penggunanya di saat memakai fitur “mode incognito”
Menurut penggugat, ketika pengguna mengunjungi halaman web atau membuka aplikasi yang menggunakan layanan Google, maka informasi pribadi seperti alamat IP, web yang diakses, informasi apa yang dicari, dan detail perangkat pengguna dikirim ke server Google di California. Saat ini lebih dari 70 persen publisher online di dunia menggunakan Google.
Hal itu yang kemudian dianggap penggugat sebagai bentuk penipuan. Gugatan itu telah diajukan sejak 2 Juni 2020 dan meminta Google membayar ganti rugi kurang lebih US$5 miliar (Rp72 triliun). (Baca: Google Hadapi Class Action Akibat Melacak Pengguna dan Mengumpulkan Data Diam-diam)
Dalam pembelaan di pengadilan, seperti dikutip dari Bloomberg, diakses Senin (15 Maret), Google menjelaskan, “mode incognito” bukan berarti “tidak terlihat”. Aktivitas pengguna saat berselancar, kata Google, tetap dilihat oleh situs web yang dikunjungi, termasuk oleh analitik pihak ketiga atau layanan iklan yang digunakan pada situs web yang dikunjungi.
Sabtu kemarin, Juru Bicara Google, Jose Castaneda mengatakan, perusahaan akan menyengketakan klaim gugatan itu. "Kami akan membela diri kami sendiri dengan gigih melawan mereka," kata Jose, dikutip dari The Verge.
Jose menambahkan, fitur “mode incognito” pada Google Chrome memberi pengguna pilihan untuk menjelajahi internet tanpa aktivitas disimpan ke peramban web atau perangkat mereka.
"Seperti yang kami nyatakan dengan jelas setiap kali Anda membuka tab ‘incognito’ baru, situs web mungkin dapat mengumpulkan informasi tentang aktivitas penjelajahan Anda selama sesi.”
Dikutip dari 9to5Google, Chrome memang memberikan peringatan jelas tentang “mode incognito”. Ketika membuka jendela “incognito” baru, pengguna diberitahu bahwa Chrome tidak akan menyimpan informasi atau data penjelajahan mereka, tetapi aktivitas pengguna mungkin masih dapat dilihat oleh situs web, penyedia jasa internet (ISP), dan pengelola jaringan seperti sekolah atau perusahaan.
Pemberitahuan ini muncul di Chrome untuk Windows, macOS, Android, iOS, dan Linux.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: