
Baidu | Foto: Caixin Global
Baidu | Foto: Caixin Global
Cyberthreat.id –China mendenda belasan perusahaan, di antaranya perusahaan game Tencent Holdings dan perusahaan mesin pencari, Baidu Inc karena mereka dianggap tidak melanggar undang-undang antimonopoli di sektor internet.
Dalam pengumuman pada 12 Maret lalu, selain Tencent dan Baidu, China juga mendenda Didi Mobility dan Softbank. Mereka masing-masing terkena denda sebesar 500.000 yuan atau sekitar US$77.000.
Mereka dianggap oleh Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar China tidak terbuka dalam investasi, akuisisi, atau usaha patungan sebelumnya, seperti dikutip dari APNews, diakses Minggu (14 Maret 2021).
China pada Februari lalu merilis regulasi anti-monopoli yang bertujuan untuk menekan praktik persaingant tidak sehat di industri internet.
Tencent Holdings didenda atas investasinya dalam aplikasi pendidikan online Yuanfudao pada 2018, sedangkan Baidu didenda karena mengambil alih perusahaan elektronik konsumen Ainemo Inc. tahun lalu.
Pemerintah mengatakan bahwa tidak ada dari perusahaan yang meminta persetujuan sebelumnya untuk kesepakatan tersebut sehingga melanggar undang-undang anti-monopoli.
Tencent mengatakan dalam sebuah pernyataan email bahwa mereka akan "terus beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan peraturan, dan akan berusaha untuk memastikan kepatuhan penuh."
Demikian pula, Didi Mobility, unit bisnis dari Didi Chuxing, dan Softbank dikecam karena tidak meminta persetujuan sebelum mendirikan usaha patungan.
Baidu, Didi Mobility dan Softbank tidak segera berkomentar.
China pada Desember lalu juga mendenda penerbit online China Literature, Alibaba, dan perusahaan lain yang didukung Tencent karena tidak meminta persetujuan pemerintah atas beberapa kesepakatan bisnisnya.
Perusahaan internet di Amerika Serikat juga menghadapi pemeriksaan serupa. Legislator dan regulator sedang mencari tahu apakah Facebook, Google, dan perusahaan lain menghambat persaingan dalam periklanan dan area lain secara tidak semestinya.[]
Share: