
LinkedIn | Foto: freepik.com
LinkedIn | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id - Platform jejaring sosial untuk profesional, LinkedIn, menghentikan sementara pendaftaran anggota baru untuk pengguna di China.
LinkedIn hanya menjelaskan bahwa penghentian layanan tersebut karena "ingin menyesuaikan dengan ketentuan hukum China.”
“Kami adalah platform global dengan kewajiban untuk menghormati hukum yang berlaku bagi kami, termasuk mematuhi peraturan pemerintah China untuk versi lokal LinkedIn kami di China,” kata LinkedIn dalam pernyataan, Selasa (9 Maret 2021), dikutip dari Bloomberg, Kamis (11 Maret).
LinkedIn merupakan salah satu dari sedikit perusahaan berasal dari Amerika Serikat yang diizinkan masuk di China. Sejak LinkedIn masuk China pada 2014, jumlah pengguna di negara tersebut telah mencapai 52 juta pengguna.
LinkedIn juga mengatakan kebijakan penundaan sementara itu tidak terkait dengan adanya dugaan peretasan di Microsoft Exchange Server.
Seperti diketahui, Microsoft menuding peretas yang didukung China sebagai biang keladi peretasan massal kerentanan pada Microsoft Exchange Server. (Baca: Yang Perlu Diketahui tentang Peretasan Massal Microsoft Exchange Server)
Sementara itu, Pengamat Industri Teknologi Veteran, Ma Jihua mengkritik laporan Bloomberg yang mengindikasikan adanya hubungan peretasan Microsoft dengan penundaan anggota baru LinkedIn di China.
“Serangan peretasan yang diklaim oleh China itu sendiri konyol karena mereka tidak dapat memberikan bukti kuat apa pun. Ini membuat masalah keamanan internet murni bermotif politik,” kata Ma Jihua, dikutip dari Global Times, Kamis.
Ma Jihua mengatakan bahwa langkah LinkedIn itu kemungkinan menyangkut masalah kepatuhan data dan setiap perusahaan asing yang beroperasi di China harus mematuhi hukum China.
Atau, bisa jadi karena beberapa perusahaan asing tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan pasar yang berubah cepat di China, tutur dia.[]
Redaktur: Andi Nugroho
Share: