
Ilustrasi | Foto: securityaffairs.co
Ilustrasi | Foto: securityaffairs.co
Singapura, Cyberthreat.id - Pemerintah Singapura mengumumkan program pencarian celah keamanan (bug bounty) di sistem online milik pemerintah. Program ini berhadiah dari US$250 hingga US$10.000 untuk setiap celah keamanan yang valid tergantung tingkat keparahannya. Program bug bounty yang ketiga ini, dari Juli-Agustus, akan melibatkan 200 hacker internasional dan 100 hacker lokal.
Seperti program sebelumnya, Pemerintah Singapura akan berpartner dengan HackerOne, platform keamanan siber ternama yang dijalankan oleh hacker dan tokoh keamanan siber ternama, juga melibatkan Cyber Security Agency of Singapore (CSA) serta Government Technology Agency of Singapore (GovTech). Pada Februari lalu, sekitar 400 hacker dunia dan lokal ikut serta dalam program bug bounty, 26 celah keamanan ditemukan, dan total hadiah yang dimenangkan para peserta mencapai US$12.000. Pada 2018, program bug bounty Pemerintah Singapura berhasil menutup 35 celah keamanan yang ditemukan peserta.
Institusi umum di Singapura telah menjadi target penjahat siber dalam beberapa tahun belakangan. Kasus yang terakhir, Maret 2019, sebuah server yang berisi data pribadi 808.201 pendonor darah di Health Sciences Authority (HSA) tersebar di internet. Sebelumnya, pada Februari lalu, data 1,5 juta pasien SingHealth dan data sekitar 850 pegawai Kementerian Pertahanan juga terekspose ke publik. Sebulan sebelum itu, informasi pribadi 14.200 penderita HIV bocor di internet.
Menurut CSA, kasus keamanan siber yang umum sebenarnya turun dari tahun sebelumnya. Serangan berupa deface situs web turun dari 2.040 kasus pada 2017 menjadi 605 pada 2018. Namun, CSA memperkirakan akan terjadi peningkatan penerobosan data dan serangan terhadap cloud di masa depan.
Share: