
Ilustrasi | Foto: Freepik
Ilustrasi | Foto: Freepik
Jakarta, Cyberthreat.id – Risiko atau ancaman kehilangan data yang tersimpan dengan sistem cloud computing masih tinggi. Ini terlihat dari hasil survei yang dilakukan McAfee, perusahaan keamanan siber (cybersecurity) asal California, Amerika Serikat, yang dirilis 18 Juni lalu.
Hasil riset menunjukkan, hanya 35 persen perusahaan yang menyatakan, mereka dapat memberlakukan pencegahan kehilangan data di cloud.
Lalu, sekitar 36 persen menyatakan sanggup mengontrol pengaturan kolaborasi yang menentukan bagaimana data mereka dibagikan.
"Dalam kasus IaaS, hanya 27 persen dari mereka dapat mengaudit pengaturan konfigurasi, memperluas kesenjangan antara adopsi cloud berisiko dan aman," tulis McAfee dalam siaran pers yang diterima Cyberthreat.id di Jakarta, Senin (1 Juli 2019).
Laporan bertajuk "Cloud and Risk Adoption" itu fokus pada dampak bisnis dari layanan cloud dan bagaimana perusahaan di dunia mengatakan celah keamanan.
Secara global, 65 persen dari data perusahaan terkoneksi dalam aplikasi kolaborasi dan perangkat lunak bisnis sebagai layanan (Saas). Selanjutnya, 25 persen dalam infrastruktur sebagai layanan (IaaS).
“Dan, hanya 10 persen berada di 'shadow IT' yang tidak diketahui oleh Divisi TI,” tulis McAfee. Padahal, sebagian besar data sensitif tersebut berada di kendali tim TI.
Wakil Presiden Asia Pasifik MaCfee, Craig Nielsen, mengatakan, riset dilakukan terhadap 1.000 perusahaan di seluruh dunia, sekitar 35 persen di antaranya berasal dari wilayah Asia Pasifik.
Menurut Nielsen, meningkatnya jumlah data sensitif yang disimpan di cloud menjadi tantangan perusahaan dalam mengelola data dan risikonya. Sebagian besar perusahaan atau organisasi menggunakan layanan tersebut karena pertimbangan skalabilitas dan efektivitas biaya.
Cloud computing ialah layanan penyimpanan data secara digital di komputer server. Layanan ini, menurut McAfee, sebagai kemajuan paling signifikan di dunia teknologi informasi sejak internet dikenalkan ke publik.
Ada tiga jenis layanan cloud computing, antara lain perangkat lunak berbentuk layanan (Software as a Service/SaaS), contothnya Google Apps, Office 365 dll.
Kedua, platform berbentuk layanan (Platform as a Service/PaaS), contoh: Amazon Web Service, Windows Azure, Heroku, dan Engine Yard; dan Infrastruktur berbentuk layanan (Infrastructure as a Service/IaaS)-- perusahaan menyediakan segala sumber daya komputasi berupa server, jaringan, storage, dan pusat data, contohnya Biznet Gio Cloud, SoftLayer, dan Rackspace Cloud.
Share: