IND | ENG
Presiden Prancis Bertekad Tingkatkan Ketahanan Siber setelah Serangan Ransomware, Alokasikan Rp8,5 Triliun

Presiden Prancis Emmanuel Macron | Ilustrasi foto via Daily Mail

Presiden Prancis Bertekad Tingkatkan Ketahanan Siber setelah Serangan Ransomware, Alokasikan Rp8,5 Triliun
Oktarina Paramitha Sandy Diposting : Jumat, 19 Februari 2021 - 14:18 WIB

Cyberthreat.id – Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengatakan, pihaknya akan meningkatkan ketahanan siber di berbagai layanan fasilitas publil dan juga perusahaan swasta di negara tersebut.

Hal itu dikatakannya setelah terjadi serangan ransomware pada dua rumah sakit di Dax dan Villefranche-sur-Saone, dan terjadi peningkatan serangan siber ke berbagai entitas yang ada di Prancis.

Dikutip dari Tech Explore, Macron mengatakan, pihaknya telah membahas serangan siber tersebut dengan beberapa pihak termasuk pihak rumah sakit, dan menyimpulkan bahwa insiden tersebut dapat menjadi ancaman siber yang sangat serius dan bisa mengancam objek vital lainnya.

"Kami belajar tentang serangan baru ini, beberapa datang dari negara bagian sebagai bagian dari konflik baru antar negara, yang lain datang dari mafia. Beberapa serangan memiliki motif "kriminal" atau "menguntungkan", yang lain digunakan untuk membuat suatu negara menjadi tidak stabil,” ungkap Presiden Prancis tersebut dalam konferensi video.

Terkait dengan berbagai serangan siber ini, Macron menekankan diperlukan kerjasama internasional antara polisi dan badan peradilan pidana setelah pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka telah melumpuhkan geng ransomware yang dikenal sebagai Egregor awal bulan ini, menyusul aksi bersama oleh Amerika Serikat, Prancis dan Ukraina. (Baca juga: Anggota Geng Hacker Ransomware Egregor Ditangkap di Ukraina)

Bahkan, Macron mengatakan pemerintah akan mengalokasikan sekitar 500 juta euro (setara Rp8,5 triliun) untuk meningkatkan sistem ketahanan siber pada sektor publik dan swasta.

Sebelumnya, Badan Keamanan Siber Nasional Prancis (ANSSI), melaporkan bahwa serangan ransomware melonjak 255% pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Serangan ini meningkat di semua negara pada berbagai sektor, khususnya sektor kesehatan, pendidikan, otoritas lokal, dan penyedia layanan digital.

Dalam serangan ransomware, biasanya para penjahat siber akan menginfeksi jaringan komputer dengan malware yang mengunci data dan memaksa korban untuk membayar uang tebusan.

Dalam serangan ransomware yang menimpa rumah sakit di Villefranche-sur-Saone, terletak di utara kota Lyon, serangan ini membuat sistem teleponnya dan layanan internet dimatikan untuk mencegah serangan ransomware menyebar ke sistem dan jaringan lainnya. Serangan ini juga membuat rumah sakit arus menunda operasi yang direncanakan keesokan harinya.

Sementara itu, pada serangan di rumah sakit Dax di barat daya Prancis, juga membuat layanan telepon dan sistem komputer tidak berfungsi, sehingga petugas harus menggunakan pena dan kertas untuk pencatatan.

ANSSI mengatakan, serangan ransomware yang sama, juga digunakan oleh peretas Rusia yang menargetkan software milik perusahaan Prancis Centreon, mengakibatkan pelanggaran pada beberapa entitas dari akhir 2017 hingga 2020.

"Serangan ini memiliki beberapa kesamaan dengan kampanye sebelumnya yang dikaitkan dengan perangkat intrusi bernama Sandworm," ungkap ANSSI. (Lihat:  Prancis: Hacker yang Didukung Negara Rusia Bertahun-tahun Susupi Server Centreon, Mirip Pembobolan Orion SolarWinds).

Sandworm merupakan kelompok peretasan militer Rusia yang didakwa oleh para pejabat AS dan peneliti keamanan siber atas serangan siber yang paling merusak hingga saat ini, termasuk serangan NotPetya pada Juni 2017 yang menargetkan bisnis yang beroperasi di Ukraina. Ini menyebabkan kerusakan secara global dengan kerugian senilai setidaknya US$ 10 miliar, terutama pada kapal multinasional pengiriman Denmark Maersk.

Sandworm juga dituduh mencoba ikut campur dalam pemilu Prancis 2017 dalam operasi peretasan dan kebocoran, dalam upaya menyabotase upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan dan memicu pemadaman listrik di Ukraina pada Desember 2015 dan Desember 2016.[]

Editor: Yuswardi A. Suud

#ransomware   #prancis   #serangansiber   #keamanansiber   #ketahanansiber

Share:




BACA JUGA
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
Phobos Ransomware Agresif Targetkan Infrastruktur Kritis AS
SiCat: Inovasi Alat Keamanan Siber Open Source untuk Perlindungan Optimal
BSSN Selenggarakan Workshop Tanggap Insiden Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata