
Cuitan Novel Baswedan yang membuatnya dilaporkan ke polisi
Cuitan Novel Baswedan yang membuatnya dilaporkan ke polisi
Cyberthreat.id - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan dilaporkan ke Bareskrim Polri karena cuitannya melalui Twitter yang mengomentari meninggalnya Soni Eranata atau dikenal sebagai Ustaz Maaher At-Thuwailibi.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono, membenarkan hal tersebut. Rusdi mengatakan laporan telah diterima oleh KA Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Bareskrim, Kamis (11 Februari 2021).
Saat ditanyai tindak lanjutnya atas laporan yang masuk, Rusdi mengatakan laporan tersebut masih dipelajari.
"Nanti akan disampaikan jika ada perkembangan dari kasus tersebut," katanya ketika dihubungi Cyberthreat.id, Jumat (12 Februari 2021)
Diketahui, pelapornya adalah Ormas Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Kitra Kamtibmas (PPMK). Ormas PPMK menuding Novel telah menyebarkan hoaks melalui cuitan Twitternya.
“Kami melaporkan Saudara Novel Baswedan karena dia telah melakukan cuitan di Twitter yang diduga [mengandung] ujaran hoaks dan provokasi,” kata Wakil Ketua DPP PPMK, Joko Priyoski dikutip dari Kompas.com, Jumat (12 Februari 2021).
Joko meminta Bareskrim Polri memanggil Novel untuk dimintai klarifikasi atas cuitannya tersebut. Tak hanya melaporkan ke polisi, Joko juga akan melaporkan Novel ke Dewan Pengawas KPK karena cuitannya yang dinilai tidak sesuai kapasitasnya.
Novel dilaporkan melanggar pasal 14 dan pasal 15 Undang-Undang nomor 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan Pasal 45A ayat (2) Jo Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Cuitan yang dilaporkan itu diunggah Novel pada Selasa (9 Februari), terpantau cuitan itu masih ada hingga hari ini. Melalui akun Twitternya @nazaqistsha, Novel mengomentari polri yang menahan Ustaz Maaher dalam kondisi sakit."Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Ustadz Maaher meninggal di rutan Polri. Pdhl kasusnya penghinaan, ditahan, lalu sakit. Org sakit, kenapa dipaksakan ditahan? Aparat jgn keterlaluanlah.. Apalagi dgn Ustadz. Ini bukan sepele lho..,” tulis Novel melalui Twitternya, diakses Jumat (12 Februari 2021).
Cuitan yang telah mendapatkan 13 ribu suka, 537 kutipan dan 3 ribu retweet itu juga disertai tautan ke salah satu media berita yang memberitakan terkait kronologi kematian Maheer di Rumah Tahanan Bareskrim Polri.
Menanggapi laporan itu, Novel mengatakan cuitannya sebagai bentuk rasa kemanusiaan. Karena itu, Novel merasa aneh jika unggahannya itu dilaporkan ke polisi.
“Apa yang saya sampaikan itu adalah bentuk kepedulian terhadap rasa kemanusiaan,” kata Novel lewat keterangan tertulis, Kamis, 11 Februari 2021.
Menurut Novel, hampir tidak pernah terdengar ada tahanan kasus penghinaan yang meninggal di Rutan.
“Jadi ini ada masalah, bukan hal wajar menahan orang yang sakit, justru ketika pernyataan yang demikian penting tersebut dilaporkan itu yang aneh,” kata Novel.
Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara melalui Twitternya mengkritik pelaporan Novel Baswedan dan mengatakan bahwa tidak perlu mengambil langkah polisi ketika tidak menyukai sesuatu. Cuitan itu disertai tautan berita dari media online terkait Novel Baswedan yang dilaporkan ke Bareskrim Polri.
"Tidak semua yang kita tidak sukai harus dilaporkan ke polisi.." katanya dikutip Cyberthreat.id dari akun pribadinya @Bekahapsara, Jumat (12 Februari 2021).
Adapun anggota komisi 3 DPR RI, Hinca Pandjaitan menyemangati Novel Baswedan yang telah dilaporkan atas cuitannya di Twitter.
"Disiram air keras, diserang isu taliban, kini dilapor ke Polisi akibat kritiknya. Novel Baswedan seperti tidak punya tempat nyaman. Semangat bung! Mendukungmu tidak perlu kirim karangan bunga toh?" tulis Hinca melalui akun @hincapandjaitan, (11 Februari 2021).
Pengguna membalas cuitan Hinca menyoroti pihak istana yang beberapa waktu lalu menyebut membutuhkan kritik dari masyarakat tetapi seakan-akan itu hanya jebakan saja.
"Baru saja istana ngomong pemerintah butuh kritik yg pedas, langsung deh ada yg dilaporin {emoji tertawa}. Jebakan betmen." tulis @Aki_jupi.
"Benarkan? Minta dikritik hanya jebakan. Padahal kritiknya belum pedas." tulis @Zumaro14776788 .[]
Editor: Yuswardi A. Suud
Share: