IND | ENG
Terkait Platform Google News Showcase, Anggota Dewan Pers: Asosiasi Media Indonesia Perlu Belajar Negosiasi

Angota Dewan Pers Agus Sudibyo | Foto: Dewan Pers

Terkait Platform Google News Showcase, Anggota Dewan Pers: Asosiasi Media Indonesia Perlu Belajar Negosiasi
Tenri Gobel Diposting : Senin, 08 Februari 2021 - 13:55 WIB

Cyberthreat.id – Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo mengatakan Indonesia (baik pemerintah maupun media massa) perlu mempelajari terkait platform News Showcase yang ditawarkan Google terkait regulasi hak cipta penerbit (publisher right) media massa di beberapa negara.

Agus mengatakan antara regulasi dan platform tersebut saling berhubungan. “Ini sebenarnya pada awalnya suatu formula yang terpisah dari publisher right. Publisher right berjalan sendiri, kemudian Google News Showcase, suatu program yang ditawarkan kepada publisher,” katanya dalam Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional 2021, Senin (8 Februari 2021) yang digelar secara virtual.

“Tetapi, dalam perjalanannya antara publisher right sebagai mekanisme regulasi dan Google News Showcase sebagai mekanisme bisnis (B2B), bentuk kerja sama platform publisher, itu kemudian saling berhubungan,” ia menegaskan.

Di Australia, menurut Agus, sebenarnya Google sudah siap-siap memberlakukan News Showcase —sistem content sharing untuk revenue sharing— tetapi begitu ada publisher right dirilis oleh pemerintah setempat, kemudian Google mencoba menunda pelaksanaan News Showcase-nya.

“Kurang lebih Google mau mengatakan ‘kami akan memulai program news showcase di Australia kalau UU [publisher right] itu dibatalkan’,” jelasnya.

Publisher right, kata Agus, merupakan undang-undang yang menjamin hak pengelola media terkait dengan agregasi berita dan lain-lain.


Baca:


Agus mencontohkan selain di Australia, UU terkait publisher right di Amerika Serikat digunakan pengelola media secara kolektif menghadapi Facebook dan Google

Permasalahan yang coba diselesaikan dengan publisher right ini, salah satunya, yakni monopoli data pengguna. Menurut Agus, Google untuk mendapatkan data pengguna itu meminjam kepada konten-konten penerbit, tetapi ketika data itu ada malah dikuasai oleh Google sendiri.

Adapun permasalahan lain yang ingin diatasi melalui publisher right yaitu monopoli distribusi konten. Agus mengatakan terkait hal ini, prinsipnya content sharing terjadi antara platform dan penerbit menghasilkan berbagi pendapatan.

Terkait masalah itu, tak hanya negara yang kemudian harus intervensi, asosiasi media dan pengelola media perlu belajar bernegosiasi dengan platform jika ingin memperjuangkan regulasi publisher right ini, tuturnya.

Dewan pers, katanya, akan mendukung asosiasi media untuk membangun kemampuan negosiasi dengan platform karena negosiasi ini yang paling menentukan.

Berkaca dari negara di Eropa

Berkaca dengan pengalaman media-media di Jerman, Spanyol, dan Prancis, menurut Agus, publisher right ini akan memunculkan boikot dari Google dan Facebook. Dan, ini sedang berlangsung di Australia, kata dia.

Ia mengatakan tak menutup kemungkinan hal itu juga terjadi di Indonesia, tapu butuh adanya kemampuan bernegosiasi oleh asosiasi media.

"Pengalaman Prancis menunjukkan boikot oleh platform itu bukan akhir dari cerita, itu bagian dari drama, dinamika. Kalau asosiasi medianya teguh, pemerintahnya cukup tangguh untuk menghadapi itu, sebenarnya boikot itu bisa dinegosiasikan,” ujarnya.

Bisa saja, pada akhirnya negosiasi itu menawarkan berbagi pendapatan dalam bentuk Google News Showcase atau Facebook News Page.

“Ini pelajaran menarik bahwa kita harus memperhatikan keragaman pemain dalam konteks platform digital yang beroperasi di suatu negara, itu penting. Yang lebih ideal, kita punya search engine sendiri seperti China dan Korea Selatan,” kata Agus.

Saat ini, Agus mengatakan, Dewan Pers masih mengerjakan penerjemahan terhadap regulasi-regulasi terkait media massa di berbagai negara.

Meski, kata dia, tak ada regulasi yang ideal dari negara-negara di luar karena mereka juga masih menerapkan trial and error (coba-coba). Yang jelas, publisher right nantinya harus mengakomodasi baik media kecil maupun media besar, kata Agus.

"Media besar dan media kecil punya kepentingan yang berbeda, media kecil sekali lagi sudah banyak yang telanjur hidup dalam ekosistem Google dan Facebook. Dan, transisi dari ekosistem Google ke ekosistem yang lain itu memang berat, tetapi kita harus memperhatikan kepentingan media-media kecil, karena kalau tidak, publisher right akan ditolak oleh media itu sendiri," ujar dia.[]

Redaktur: Andi Nugroho

#publisherright   #googlenewsshowcase   #google   #australia   #prancis   #internet   #mediamassa   #mediasiber   #kontenberita   #

Share:




BACA JUGA
Demokratisasi AI dan Privasi
Seni Menjaga Identitas Non-Manusia
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Awas, Serangan Phishing Baru Kirimkan Keylogger yang Disamarkan sebagai Bank Payment Notice
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital