
WhatsApp | Foto: Freepik.com
WhatsApp | Foto: Freepik.com
Cyberthreat.id – Anggota DPR RI, Sukamta, meminta agar Kementerian Komunikasi Informatika RI mendorong masyarakat beralih menggunakan aplikasi pesan daring lokal menyusul Kebijakan Privasi terbaru WhatsApp. (Baca: Kritik Keras Kebijakan Privasi, Ini Isi Surat Kementerian India kepada Bos WhatsApp)
Menurut Sukamta, Kemenkominfo harusnya mendorong masyarakat umum untuk mulai menggunakan aplikasi lokal.
Terlebih saat ini banyak pengembang aplikasi lokal yang dinilai mampu menandingi WhatsApp. Hanya, memang, produknya tidak banyak dikenal masyarakat karena tidak didorong untuk digunakan oleh pemerintah.
“Kita cukup memanfaatkan aplikasi lokal hasil inovasi anak negeri yang sudah mulai muncul, dibandingkan menggunakan aplikasi dari luar negeri,” ujar Sukamta kepada Cyberthreat.id, Selasa (2 Februari 2021).
Anggota Komisi 1 yang membidangi pertahanan, komunikasi, dan intelijen itu juga menuturkan, saat ini adalah momentum yang tepat untuk dimanfaatkan pemerintah untuk tidak lagi menggunakan teknologi impor.
Ia pun mencontohkan Turki. Menurut dia, pemerintah Turki bisa mendorong pemakaian aplikasi lokal bernama BiP sebagai alternatif WhatsApp. Hasilnya, mayoritas masyarakat Turki sudah menggunakan aplikasi buatan lokal tersebut. (Baca: Di Indonesia, Unduhan BiP Turki Kalahkan Telegram dan Signal)
“Saya berharap Menkominfo, bisa mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan aplikasi lokal yang sudah ada,” tutur Sukamta.
Dalam kebijakan privasi yang bakal diterapkan pada Mei 2021, WhatsApp mengatakan akan berbagi data pengguna kepada induk perusahaan, Facebook Inc.
Akibat perubahan itu, banyak pengguna WhatsApp beralih ke aplikasi lain seperti Signal dan Telegram. Ini lantaran pengguna WhatsApp tak diberi opsi untuk menolak kebijakan tersebut. Jika pengguna menolak dengan kebijakan tersebut, pengguna disarankan untuk menghapus akun WhatsApp alias tak memakainya lagi.
Karena eksodus pengguna ke aplikasi, WhatsApp pun terlihat cemas. Mereka pun cepat-cepat membantah tudingan-tudingan bahwa data penggunanya tak aman. (Baca: Berikut Ini Detail Perbandingan antara WhatsApp, Telegram, Signal, dan Palapa)
Bahkan, di India, perusahaan beriklan satu halaman di sejumlah surat kabar untuk “meyakinkan basis penggunanya bahwa aplikasi tetap aman dipakai.” (Baca: WhatsApp Pasang Iklan di Koran-koran India Soal Kebijakan Barunya, Dikritik Berlakukan Standar Ganda)
Terakhir, untuk menginformasikan bahwa platformnya aman, WhatsApp pun memanfaatkan fitur “Status”. Pekan lalu, WhatsApp secara tiba-tiba muncul dalam daftar status para pengguna aplikasi dengan membagikan empat pesan. Intinya, WhatsApp masih tetap menerapkan enkripsi end-to-end.[] (Baca: WhatsApp Muncul di Fitur Status, Jawab Kegalauan Pengguna)
Redaktur: Andi Nugroho
Share: