
Cyberthreat.id – Seorang teknisi kamera video pengintai (CCTV) di Texas, Amerika Serikat mengaku berasalah karena secara ilegal mengakses ratusan kamera rumah tangga.
Ia bisa menonton seluruh aktivitas orang-orang di rumah yang diaksesnya, termasuk aktivitas seksual mereka.
Menurut pengaduan pidana ke pengadilan, Telesforo Aviles (35) melakukan aksi kriminalnya itu selama lima tahun, antara November 2015 hingga Maret 2020. Saat itu, ia bekerja sebagai teknisi pendukung untuk ADT, penyedia layanan keamanan rumah tangga.
Tugas Aviles ialah memasang kamera pengintai di rumah pelanggan dan mengonfigurasi perangkat agar berfungsi dengan aplikasi ADT Pulse milik perusahaan, tulis ZDNet, diakses Minggu (24 Januari 2021).
Namun, jaksa penuntut mengatakan bahwa Aviles menyimpang dari kebijakan perusahaan dan mulai menambahkan alamat email pribadinya ke aplikasi ADT Pulse pelanggan selama proses instalasi dan pengujian kamera.
Avileas menargetkan perempuan yang menarik dan menggunakan akun “pintu belakang” untuk mengakses umpan video real-time kamera dan memata-matai pelanggan di saat-saat intim di rumah mereka.
Aksi Aviles tersebut baru diketahui pada Januari-Februari 2020 ketika beberapa pelanggan menemukan alamat email Aviles di panel konfigurasi aplikasi mereka dan melaporkan insiden tersebut ke ADT. Dari situlah, kasus berlanjut ke aparat penegak hukum.
Menurut jaksa, Aviles mengakses lebih dari 200 sistem CCTV pelanggan sebanyak lebih dari 9.600 kali.
Aviles didakwa pada April 2020 dan mengaku bersalah pada Kamis (22 Januari).
ADT baru memberi tahu pelanggannya tentang insiden itu pada April 2020. The New York Post melaporkan pada saat itu bahwa perusahaan mencoba meyakinkan pelanggan untuk menandatangani perjanjian kerahasiaan dengan imbalan pembayaran uang agar tindakan Aviles tidak bocor secara online.
Namun, upaya itu gagal dan perusahaan saat ini menghadapi tiga gugatan class action sebagai akibat dari tindakan mantan karyawannya.
Ia kini menghadapi hukuman lima tahun penjara dan denda hingga Us$ 250.000, menurut dokumen pengadilan. Namun, ia dibebaskan bersyarat awal pekan ini.[]
Share: