IND | ENG
Malangnya Donald Trump, Ramai-ramai Platform Medsos Menolaknya

Gambar wajah Presiden AS Donald Trump. | Foto: pixy.org

Malangnya Donald Trump, Ramai-ramai Platform Medsos Menolaknya
Tenri Gobel Diposting : Senin, 11 Januari 2021 - 13:55 WIB

Cyberthreat.id – Malang benar nasib Donald Trump yang sebentar lagi mengakhiri masa-masa menjadi presiden Amerika Serikat.

Pekan lalu, sejumlah media sosial ramai-ramai menolak dirinya terdaftar di platformnya. Twitter menendang dirinya keluar dari dunia cuit-mencuit itu secara permanen.

Para raksasa jejaring sosial sengaja memblokir Trump imbas hasil Pemilu AS pada November 2020. Trump menolak hasil pemilu dan mengklaim dirinya telah dicurangi.

Para pendukung Trump yang tak terima atas kekalahan itu menggelar protes dengan turun ke jalan pada Rabu (6 Januari 2021) ketika Parlemen AS mau menyertifikasi hasil pemilu yang dimenangkan oleh Joe Biden.

Massa menggeruduk gedung yang dikenal dengan nama “Capitol” itu. Sedikitnya lima orang tewas dalam aksi itu, sebagian polisi luka-luka, dan sejumlah orang ditangkap karena dianggap sebagai biang kerok perusakan.

Tak hanya Trump yang terkena imbas oleh pemblokiran media sosial. Sejumlah akun dan platform yang berafiliasi atau yang dipakai pendukung Trump juga terkena dampak.

Pemblokiran masif dilakukan oleh sejumlah raksasa media sosial lantaran para pendukung Trump menyebarkan konten-konten yang mendukung kekerasan. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dilakukan oleh platform-platform populer.

Berikut sejumlah platform daring yang memblokir Trump seperti dikutip dari TechCrunch, diakses Senin (11 Januari 2021).

Twitter

Twitter telah memainkan peran terpenting dalam debat tentang memoderasi komunikasi Presiden Trump, mengingat kegemaran Trump memakai platform tersebut dan memiliki hampir 90 juta pengikut di akun @realDonaldTrump. Twitter sudah berulang kali memperingatkan Trump, menambahkan label terkait integritas pemilu dan informasi salah dan sesekali langsung memblokir tweet Trump.

Kini, sepertinya Twitter sudah di puncak kesabarannya. Tak lama setelah kerusuhan di  Capitol pada Rabu lalu, Twitter memasang spanduk besar yang memperingatkan penggunanya tentang tweet Trump yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, juga memblokir retweet dari pesan spesifik mengenai permasalahan itu.

Beberapa jam kemudian Twitter memblokir selama 12 jam pada akun pribadi Trump. Keesokan harinya, Kamis (7 Januari), Twitter mengatakan akan memulihkan akun presiden setelah dia menghapus tweet yang dianggap perusahaan bertentangan dengan kebijakannya seputar menghasut kekerasan.

Kamis malam, Trump mengunggah lampiran video yang tampaknya relatif lebih tenang karena tentang dirinya yang menerima hasil pemilu untuk pertama kalinya.

Hanya, pada Jumat (8 Januari) Twitter mengumumkan, untuk melarang presiden secara permanen dari platformnya dengan menutup @realDonaldTrump. Ini tampaknya didorong oleh banyaknya tekanan dari pihak eksternal ke platform serta tuntutan internal dari karyawan, sehingga membuat kebijakan berubah dengan cepat.

Twitter juga memblokir akses presiden ke akun Twitter afiliasi seperti @TeamTrump (akun kampanye resminya), tetapi akun resmi kepresidenan @POTUS tidak diblokir dan hanya menghapus tweet individu dari presiden.

Akun @POTUS pun diserahkan ke pemerintahan Biden meski Twitter berniat untuk mengatur ulang pengikut akun itu menjadi nol.

Beberapa akun yang berafiliasi dengan Trump dan mempunyai cakupan audiens besar juga ikut terblokir, seperti Michael Flynn, sekelompok pendukung Trump lainnya dan berbagai tokoh QAnon.

Trump pun dilarang menggunakan akun lain karena kebijakan Twitter menyatakan bahwa pengguna yang diblokir tidak boleh mencoba menggunakan akun lain untuk menghindari larangan.

Sampai saat ini belum terlihat Trump memindahkan aktivitasnya ke alternatif jejaring sosial mana pun.

Snapchat

Snapchat mengunci akun presiden pada saat kejadian kerusuhan Capitol dan tampaknya menjadi salah satu perusahaan teknologi paling siap untuk bereaksi cepat terhadap peristiwa yang terjadi di Washington DC itu.

Trump dicegah mengunggah foto baru yang bisa dilihat oleh sekitar 2 juta pengikutnya di Snapchat.

Sebelumnya, konten-konten Trump dimoderasi oleh Snapchat setelah protes “Black Lives Matter” dan kematian George Floyd di Minneapolis. Perusahaan menghapus akun Trump dari tab "Temukan" yang dikuratori dan membatasi distribusi serta pencarian oleh pengguna.

Memang, Trump tidak pernah menggunakan platform ini secara efektif. Setelah diblokir tanpa batas, artinya Trump tidak bisa lagi bermain Snapchat untuk masa depan.

Facebook dan Instagram

Sama halnya dengan Twitter, Facebook (juga anak perusahaannya, Instagram) menjadi tempat paling disukai Trump untuk menyapa pendukungnya, dan platform ini juga menjadi tempat bagi banyak tokoh politik populer.

Facebook atau Instagram selama ini menghindari mengambil tindakan langsung terhadap unggahan-unggahanTrump, tetapi tidak hingga pekan lalu.

Terkait kerusuhan di Capitol, Facebook menurunkan video dari Trump yang dianggap mempromosikan kekerasan. Pada Rabu malam, kebijakan itu akhirnya diperpanjang menjadi larangan 24 jam terhadap akun Trump yang memiliki 33 juta pengikut.

Facebook beralasan Trump melanggar kebijakannya beberapa kali sehingga memicu penangguhan sehari secara otomatis. Pada saat yang sama, Facebook (dan Instagram) mengambil tindakan untuk memblokir tagar populer yang sedang tren terkait kerusuhan Capitol.

Kamis pagi, CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam unggahan di akun pribadinya mengumumkan “pemblokiran” akun Trump dengan durasi minimal dua pekan.

Saat ini akun Trump di Facebook masih bisa dilihat, tetapi tidak dinonaktifkan. Perusahaan dapat mencabut penangguhan setelah peralihan kekuasaan ke Biden selesai atau dapat melanjutkan larangan dalam jangka panjang.

Shopify dan PayPal

Bukan hanya jejaring sosial yang memblokir Trump, tetapi raksasa e-commerce juga memoderasi platform untuk menentang Trump. Pada Kamis lalu, Shopify mengumumkan akan menghapus etalase untuk kampanye Trump dan merek pribadi Trump.

Ini evolusi kebijakan perusahaan, sebab beberapa tahun lalu, mereka mengatakan tidak akan memoderasi platformnya, meski dalam beberapa tahun terakhir telah menghapus beberapa tokoh kontroversial seperti toko beraliran sayap kanan pada 2018.

Sementara itu, PayPal, menonaktifkan beberapa akun kelompok pendukung Trump pekan lalu. Akun-akun ini dipakai untuk keperluan transfer uang.

Sejak 2019, PayPal memang telah gencar melarang beberapa akun politik dan aliran sayap kanan protes kekerasan di Charlottesville pada 2017. Namun, untuk kali ini, PayPal tidak melakukan langsung terhadap akun pribadi Trump.

Google, Apple, dan Amazon

Dua raksasa perusahaan internet ini menghapus Parler, aplikasi jejaring sosial yang dipakai pendukung Trump, dari toko aplikasi mereka. Sementara, Amazon memblokir situs web Parler yang dihosting di tempatnya. (Baca: Tak Terima Diblokir, Investor Parler Sebut Apple Layaknya Partai Komunis China)

Alasan Google menutup Parler pada Jumat lalu karena aplikasi kurang memoderasi dan menyaring konten-kontennya yang berisi kekerasan. Larangan baru ini berarti pengguna baru tidak akan dapat menginstal aplikasi dari toko aplikasi.

Hanya, pengguna yang telah mengunduh masih terus dapat menggunakannya dan pastinya tidak dapat memperbarui aplikasi jika Apple atau Google memperbarui sistem operasinya.

Alasan Apple menutup juga setali tiga uang dengan Google. Tapi, Apple baru mencabut aplikasi di hari berikutnya, begitu pula dengan Amazon.com. (Baca: Diblokir Apple, Google, dan Amazon, CEO Parler: Ini Serangan Terkoordinasi Raksasa Teknologi)

Discord/Twitch/YouTube/Reddit/TikTok

YouTube milik Google juga mengumumkan pada Kamis lalu bahwa mereka akan mulai memberikan "serangan" terhadap saluran Trump yang menyebarkan informasi salah pasca pemilu.

Dulu, video dengan informasi pemilu yang salah akan diberi label peringatan tidak sampai berdampak pada tindakan ke saluran. Namun, pada Desember 2020, perusahaan mengubah kebijakannya dengan mengatakan video akan dihapus secara langsung jika berisi informasi salah tentang pemilu.

Perubahan itu membuat saluran berpotensi ditangguhkan sementara dengan waktu yang lebih lama untuk setiap teguran tambahan yang diterima saluran.

Teguran itu pun dapat berdampak pada pemblokiran permanen untuk saluran YouTube jika terjadi dalam jangka waktu tertentu. Itulah yang terjadi pada saluran Steve Bannon, yang diblokir secara permanen pada Jumat lalu karena pelanggaran berulang terhadap kebijakan YouTUbe.

Sementara itu, saluran resmi Presiden Trump yang memiliki sekitar 3 juta pengikut itu masih tersedia untuk ditonton di YouTube.

Sementara, Twitch mengikuti kebijakan yang mirip dengan Facebook yang akan melarang presiden "tanpa batas waktu". Trump memiliki sekitar 151.000 pengikut di platform streaming populer ini.

Pada hari yang sama dengan Twitch, Reddit mengumumkan akan melarang subreddit “r/Donald Trump”—salah satu dari beberapa komunitas tak resmi di platform yang dijadikan tempat berkumpulnya para pendukung Trump

Sebelumnya, Reddit pernah menghapus subreddit kontroversial “r/The_Donald” pada Juni 2020. Namun, pada Jumat lalu, perusahaan menutup server yang terkait dengan subreddit terlarang itu. Alasannya, akun itu  "koneksi terbuka ke forum online yang digunakan untuk menghasut kekerasan".

Terakhir, TikTok mengumumkan pada Kamis lalu bahwa perusahaan membatasi penyebaran konten terkait kerusuhan di Capitol, termasuk menghapus tagar dan konten kekerasan disertai pesan video Trump.

Sebagian besar tindakan diarahkan ke para pendukung Trump. Ini lantaran presiden AS yang pada 20 Januari nanti turun tahta tidak memiliki akun TikTok—platform daring yang  “dibenci” Trump karena berasal dari China.[]

Redaktur: Andi Nugroho

#parler   #mediasosial   #appstore   #donaldtrump   #kontenberbahaya   #ujarankebencian

Share:




BACA JUGA
Dicecar Parlemen Soal Perlindungan Anak, Mark Facebook Minta Maaf
Meta Digugat, Dinilai Tak Mampu Lindungi Anak dari Predator Seksual
Investasi Berbahaya, Penipu App Store
Mengenal Tiga Jenis Doppelganger Pemangsa Reputasi Perusahaan
Melanggar Data Anak-anak, TikTok Didenda Rp5,6 Triliun