
Ilustrasi | Foto: Bitcoin Magazine
Ilustrasi | Foto: Bitcoin Magazine
Cyberthreat.id - Netizen heboh lantaran sejumlah akun Twitter ternama dan terverifikasi yang mencuitkan untuk mengirimkan sejumlah uang dalam bentuk mata uang kripto Bitcoin dan berjanji akan menggandakannya.
Sekilas, modus ini tampak seperti kriminal rendahan seperti dukun yang bisa menggandakan uang. Di Twitter, korban peretasan permintaan Bitcoin dialami akun-akun milik orang ternama dunia seperti seperti akun Barrack Obama, Jeff Bezos, Elon Musk, Wiz Khalifa, Kanye West, dan lainnya.
"Anda mengirim US$ 1.000, saya mengirimi Anda kembali US$ 2.000,” demikian sebuah tweet di akun Bill Gates seperti diberitakan sebelumnya.
Kaspersky menyebut kasus peretasan massal akun Twitter ini sebagai kasus scamming. Kasus scam ini menunjukkan bahwa orang dengan keterampilan komputer pun dapat terpikat ke dalam perangkap scammers. Bagaimana tidak, akun-akun Twitter dengan jutaan pengikut sejatinya merupakan akun yang cukup aman.
Logikanya, disaat sejumlah akun tersebut mencuitkan sesuatu hal, itu akan menjadi sebuah cuitan resmi dari pemilik akun. Menurut Kaspersky, skema penipuan ini juga telah disesuaikan dengan kepribadian pemilik atau "tone of voice" dari akun yang diretas, sehingga membuatnya tampak sah.
Kaspersky mencatat, dalam waktu dua jam, setidaknya sebanyak 367 pengguna melakukan total transfer Bitcoin sekitar US$ 120.000 kepada peretas.
Berita Terkait:
"Hari ini kita melihat bagaimana, bersama dengan vektor serangan baru, skema penipuan menggabungkan teknik lama dan efektif memanfaatkan elemen kejutan dan menarik kepercayaan orang untuk memfasilitasi serangan serta memikat para korban ke dalam perangkap," kata Dmitry Bestuzhec, Pakar Keamanan Siber Kaspersky, Kamis (16 Juli 2020).
Kaspersky membeberkan ciri-ciri penipuan di media sosial yang salah satunya adalah "batas waktu". Batas waktu menjadi elemen paling penting dari setiap penipuan yang dilakukan.
Dalam kasus ini, sejumlah akun Twitter tersebut hanya memberikan waktu sebanyak 30 menit agar bisa menggandakan uang yang dikirimkan pengguna.
Hal tersebut, menurut Kaspersky, akan menambah tekanan psikologis pada pengguna. Karena takut kehilangan peluang besar, bahkan orang yang paling berhati-hati pun mungkin akan tergoda untuk mengambil risiko dan jatuh dalam perangkap scammers.
"Ingat, sangat kecil kemungkinannya bahwa perusahaan resmi atau individu dengan reputasi matang akan meminta Anda untuk mentransfer uang, bahkan jika itu lelucon sekalipun."
Selain itu, untuk mentransfer uang seharusnya juga lebih transparan dan akuntabel serta tidak terikat dengan dompet Bitcoin pribadi. Dalam banyak kasus, seperti serangan ransomware, peretas umumnya menggunakan bitcoin untuk memeras korbannya.
Bitcoin banyak digunakan karena pelacakan akun Bitcoin merupakan hal yang sulit, sehingga anonimitas peretas tetap terjaga. Selalu waspada terhadap seseorang yang meminta Anda untuk mentransfer uang, terutama dalam bentuk bitcoin. []
Redaktur: Arif Rahman
Share: