Ilustrasi: G Suite for Education
Ilustrasi: G Suite for Education
Cyberthreat.id - Dua anak sekolah di Illinois menuntut Google dengan laporan telah mengumpulkan data biometrik, termasuk pemindaian wajah dari jutaan siswa sekolah melalui perangkat lunak untuk siswa di kelas. Gugatan diajukan tanggal 2 April di pengadilan federal di San Jose, California, menilai Google secara ilegal memanfaatkan data biometrik anak-anak.
Gugatan diajukan sang ayah, Clinton Farwell, yang kini sedang berusaha mencari cara untuk naik kelas karena berniat mewakili pihak yang tidak hadir, tetapi mengklaim data biometrik siswa sekolahnya dikumpulkan secara tidak sah.
Gugatan meminta ganti rugi $ 1.000 karena Google diduga melakukan pelanggaran Undang-Undang Privasi Informasi Biometrik (BIPA) Illinois. Tak cukup sampai di situ, gugatan meminta ganti rugi tambahan sebesar $ 5.000 jika terdapat pelanggaran lebih lanjut jika dilakukan "dengan sengaja atau sembrono". Sejauh ini Google menolak menanggapi gugatan dan belum ada tanggapan apapun.
Kekhawatiran baru
Jika memang dugaan itu ternyata benar, pengumpulan data Google kemungkinan besar melanggar BIPA yang mengatur sidik jari, pengenalan wajah, serta semua teknologi data biometrik lainnya yang lebih luas di negara bagian Illinois.
Pelanggaran sejenis kemungkinan besar akan melanggar Undang-Undang Perlindungan Privasi Daring Anak (COPPA), undang-undang federal yang mengharuskan situs untuk mendapatkan izin orang tua saat mengumpulkan informasi pribadi dari semua anak di bawah umur yang didefinisikan sebagai pengguna di bawah 13 tahun.
Menurut gugatan itu, Google memanfaatkan layanannya untuk membuat "template wajah" dan "cetak suara" anak-anak di ruang kelas, menggunakan aplikasi G Suite for Education sebagai cara untuk mengumpulkan data biometrik. Aplikasi yang dimaksud memungkinkan pelajar untuk menggunakan versi gratis dari Gmail, Google Calendar, dan Google Documents siswa, hingga memberikan Chromebook.
“Google memiliki kendali penuh atas pengumpulan data, penggunaan, dan praktik retensi (penahanan) layanan G Suite for Education," demikian isi gugatan tersebut dilansir, CPO Magazine, Kamis (16 April 2020).
"Data biometrik dan informasi identifikasi pribadi lainnya dikumpulkan melalui penggunaan layanan, dan penggunaan kontrol ini tidak hanya diam-diam dan tidak sah memantau atau profiling anak-anak, tetapi melakukannya tanpa sepengetahuan atau persetujuan dari orang tua."
Google juga dituduh mengumpulkan data lokasi siswa menggunakan Google Apps for Education, password, riwayat pencarian di semua platform milik Google (termasuk YouTube), daftar kontak, dan rekaman suara.
"Google tidak pernah memberi tahu orang tua dari anak-anak di Illinois (atau di tempat lain di negara ini) yang mencetak suara dan template wajah lalu mengumpulkannya. Tujuan dan jangka waktu tertentu untuk identifikasi dan informasi biometrik anak-anak akan dikumpulkan, disimpan, dan digunakan tidak diketahui. Google juga tidak mendapatkan izin tertulis dari orang tua dari anak-anak."
Google Classroom
Saat ini Google makin terkenal sebagai platform raksasa bagi pendidik di seluruh dunia. Google Classroom, misalnya, sebuah aplikasi yang sering digunakan bersama dengan G Suite for Education ditujukan untuk membantu para guru mengelola kelas online. Aplikasi ini menjadi software pendidikan paling populer di iOS Apple dan platform Google Android dalam hal jumlah unduhan.
Google juga memperluas layanan ke penyediaan perangkat keras pendidikan mengingat krisis COVID-19 di Amerika Serikat. Pada 1 April raksasa teknologi ini mengumumkan kemitraan dengan Gubernur California Gavin Newsom untuk menyumbangkan 4.000 Chromebook kepada siswa di seluruh negara bagian.
CEO Google Sundar Pichai menyatakan ribuan Chromebook dimaksudkan untuk "membuat pembelajaran jarak jauh lebih mudah diakses".
Dalam beberapa tahun terakhir, Google telah terlibat dalam reaksi yang signifikan untuk penanganan data anak-anak. September 2019 Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) memberikan sanksi denda yang mencatat rekor $ 170 juta untuk YouTube karena melanggar peraturan COPPA. Sanksi ini bikin YouTube langsung mengubah cara penanganan video anak-anak hingga membuat penyesuaian. Termasuk batasan data yang dikumpulkan di tampilan.
Februari 2019, Jaksa Agung New Mexico Hector Balderas menuduh platform G Suite for Education memerintahkan anak-anak untuk "berbicara ke mikrofon Chromebook dan melihat ke kamera, untuk mengumpulkan data biometrik."
Share: