IND | ENG
KPAI: Guru Minim Literasi, Tak Paham Konsep E-learning

Ilustrasi

KPAI: Guru Minim Literasi, Tak Paham Konsep E-learning
Arif Rahman Diposting : Selasa, 24 Maret 2020 - 17:02 WIB

Cyberthreat.id - Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, mengatakan banyak guru gagal paham dalam menerapkan konsep belajar online di rumah selama upaya melawan pandemi Covid-19 di Tanah Air. Hingga Selasa 24 Maret 2020, KPAI setidaknya telah menerima 77 aduan terkait belajar online selama wabah Covid-19. Aduan tersebar di 14 provinsi dan 43 kabupaten/kota.

"Belajar online sekarang itu darurat karena Covid-19 sifatnya sementara, sehingga tugas-tugas yang diberikan itu jangan bikin stres, tetapi menyenangkan buat anak-anak," kata Retno kepada Cyberthreat.id, Selasa (24 Maret 2020).

Retno mengatakan konsep belajar online yang terkait digitalisasi menjadikan seorang guru harus paham terlebih dahulu apa itu e-learning bagi anak-anak. Saat ini, kata dia, banyak guru tidak paham bagaimana konsep belajar online yang mendidik sekaligus mengajar. Akibatnya muncul aduan dan keluhan yang sifatnya memberatkan. Artinya, anak-anak tidak menikmati home learning.

Selain itu, guru-guru juga harus di dorong memahami makna digitalisasi dan pemanfaatan teknologi seperti menggunakan aplikasi, tele conference, tatap muka online, hingga mengenal berbagai teknologi.

"Tidak sampai disitu ya, kalau gurunya paham, tapi sarana dan prasarana tidak ada ya sama saja. Kan kondisi di Jakarta tidak sama di daerah-daerah lain. Lagipula, Jakarta juga belum bisa 100 persen soal home learning ini."

Pada 18 Maret 2020 KPAI menerbitkan rekomendasi terkait home learning mengikuti anjuran pemerintah belajar di rumah, bekerja di rumah, dan beribadah di rumah. Diantara rekomendasi adalah meminta Kemdikbud menjamin edukasi dan literasi terhadap para guru dalam menyusun konsep e-learning.

"Para guru harus berani keluar dari kebiasaan bahwa tugas ke siswa sama dengan memberi soal. Banyak kreativitas lain yang justru menimbulkan semangat dan mengasah rasa ingin tahu anak-anak," ujarnya.

"Interaksi virtual juga sangat penting, aplikasi, dan pembelajaran lain juga banyak yang bisa dinikmati anak-anak."

Kritik untuk Unicorn

Retno juga mengkritik unicorn atau startup yang mencoba mengambil kesempatan dalam situasi semakin maraknya home learning. Sebagai contoh, aplikasi Ruang Guru atau Ilmupedia menyediakan kuota 30 GB untuk home learning, tetapi dalam praktiknya melenceng dan tidak memenuhi prinsip belajar mengajar serta mendidik anak murid.

"Kemaren saya lihat ada senam menangkal Corona di aplikasi lalu semua bertema Corona. Saya hanya ingin katakan, sesuaikan konten di dalamnya dan jangan sebut sekian Gigabyte, bekerja sama dengan provider, tidak lemot, dan sebagainya karena tidak semua anak bisa mengakses Ruang Guru."

Dalam jangka panjang Retno berharap pemerintah melalui Kemdikbud memiliki konsep kurikulum darurat jika terjadi lagi situasi pandemi Covid-19. Menurut dia, konsep kurikulum darurat juga bisa diterapkan dalam keadaan bencana alam yang tentunya sangat erat dengan digitalisasi dan teknologi.

"Kurikulum darurat itu tidak semua materi harus diberikan, tetapi e-learning memang salah satu solusi, dan yang paling penting adalah kualitas gurunya dalam berkreasi menyampaikan materi."

#KPAI   #guru   #belajaronline   #workfromhome   #aplikasi   #digitalisasi   #Ai   #bigdata   #Analytics   #Cloud   #sdmunggul

Share:




BACA JUGA
Indonesia Dorong Terapkan Tata Kelola AI yang Adil dan Inklusif
Dukung Digitalisasi Aceh, Wamen Nezar Patria Percepat Pemerataan Konektivitas dan Talenta Digital
Microsoft Merilis PyRIT - Alat Red Teaming untuk AI Generatif
Utusan Setjen PBB: Indonesia Berpotensi jadi Episentrum Pengembangan AI Kawasan ASEAN
Indonesia Tingkatkan Kolaborasi Pemanfaatan AI dengan China