
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Grant Thornton, perusahaan konsultan akuntansi dan cybersecurity, dalam sebuah laporan akhir tahun 2019 menyatakan terdapat peningkatan 54 persen dalam hal pelanggaran data pada tahun 2019 dibandingkan tahun 2018.
Pada 2020, menurut laporan tersebut, diprediksi ada peningkatan yang signifikan dalam jumlah Malware yang berfokus pada ponsel/smartphone dan Trojan Perbankan. Kedepannya, dengan perangkat Internet of Things (IoT) dan jaringan 5G di-implementasikan akan mempercepat jaringan koneksi internet.
Tetapi, dengan penerapan jaringan 5G dan kecepatan perkembangan perangkat IoT harus disadari akan membuat kecepatan serangan siber semakin meningkat seiring kecepatan dan ketersediaan data.
"Aktor-aktor ancaman (hacker) akan mengerahkan serangan Artificial Intelligence (AI) tingkat lanjut untuk meningkatkan kecepatan dan dampak kampanye mereka. IoT akan menjadi tantangan baru pada keamanan data," kata laporan tersebut dikutip ExpressComputer, Rabu (1 Januari 2020).
Cybersecurity dan IT Risk Advisory, Grant Thornton India LPP, Akshay Garkel menambahkan, serangan siber sekarang sedang meningkat. Pada tahun 2020 diprediksi akan terus meningkat bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi di dunia.
"Masalahnya kapan (terjadi serangan siber). Pendekatan berbasis kerangka kerja dengan pemantauan terus-menerus akan membantu perusahaan untuk mematangkan postur keamanan siber mereka dan menangani insiden secara proaktif," kata Akshay.
Selain itu, menurut laporan tersebut, pada tahun 2019 insiden keamanan siber termasuk cyber bullying telah melonjak naik lebih dari enam kali dari tahun 2018. Untuk itu data analytics akan menjadi sangat penting untuk memprediksi pola kejahatan guna mengurangi kejahatan di ranah siber.
Literasi Keamanan Siber
Laporan itu juga menekankan pentingnya untuk meningkatkan cybersecurity awareness pada masyarakat. Sebab, permasalahan cybersecurity tidak melulu soal keamanan pada sistem saja, faktor manusia juga menjadi sangat krusial dalam permasalahan cybersecurity.
"95 persen pelanggaran keamanan siber (pada 2020) diperkirakan terjadi akibat kesalahan manusia. Keamanan yang berpusat pada manusia terus menjadi perhatian utama dan membutuhkan solusi yang berpusat pada manusia dan juga teknologinya," tulis laporan tersebut.
Pada 2019, dari 4,3 miliar catatan yang diperkirakan dilanggar sebanyak 34 persen dari pelanggaran keamanan siber yang dilaporkan itu melibatkan aktor internal. Aktor internal yang dimaksud adalah karyawan maupun para petinggi suatu perusahaan. Sebab itu, SDM menjadi hal yang sangat krusial terkait permasalahan cybersecurity.
"Setiap 14 detik, serangan Ransomware dilakukan ke perusahaan pada 2019. Sementara 71 persen pelanggaran yang dilaporkan itu bermotif finansial," tambah laporan itu.
Share: