IND | ENG
Pria China Didakwa di AS karena Mencuri Software

Ilustrasi

Pria China Didakwa di AS karena Mencuri Software
Arif Rahman Diposting : Sabtu, 23 November 2019 - 23:58 WIB

Cyberthreat.id - Seorang warga negara China didakwa di Amerika Serikat (AS) karena mencuri software yang sudah memiliki hak milik. Haitao Xiang (42 tahun) didakwa oleh dewan juri federal atas beberapa tuduhan.

"Satu tuduhan konspirasi untuk melakukan spionase ekonomi, tiga tuduhan spionase ekonomi, satu tuduhan konspirasi untuk melakukan pencurian rahasia dagang, dan tiga tuduhan dari pencurian rahasia dagang," demikian pernyataan Departemen Kehakiman AS dilansir SC Magazine, Jumat (22 November 2019).

Xiang sebelumnya bekerja di Monsanto dan anak perusahaannya, The Climate Corporation dari 2008 hingga 2017 dimana ia bekerja sebagai image scientist terutama di pencitraan pertanian.

Dia dihentikan oleh pejabat federal sesaat sebelum naik pesawat menuju China. Ketika itu Xiang membawa software yang sudah memiliki hak milik.

Perusahaan tempatnya bekerja mengembangkan platform software pertanian digital yang akan digunakan oleh petani untuk mengumpulkan, menyimpan, dan "memvisualisasikan data di bidang pertanian kritis" serta "meningkatkan dan menambah produktivitas pertanian".

Komponen penting untuk platform ini adalah algoritma prediksi kepemilikan yang disebut Nutrient Optimiser, yang oleh perusahaan dianggap sebagai rahasia dagang yang berharga dan kekayaan intelektualnya.

"Teknologi revolusioner yang menjadi inti dari kasus ini mewakili kecerdikan Amerika dan mengapa pemerintah China begitu putus asa untuk mencurinya," kata asisten direktur FBI John Brown dalam pernyataannya.

Kasus ini adalah yang terbaru dari serangkaian insiden di mana AS menuduh China mencuri kekayaan intelektual dan teknologi. Tuduhan ini telah menjadi perselisihan utama antara kedua negara.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, menyatakan China tidak keberatan jika terdakwa benar-benar melanggar hukum AS dan harus dipastikan sedang menjalani persidangan yang adil.

"Contoh tunggal ini tidak boleh digunakan sebagai dalih untuk menuduh China sebagai pencuri kekayaan intelektual," kata Geng Shuang seperti diberitakan Reuters.

Dalam prediksi ancaman untuk 2019, Kaspersky menyatakan bahwa pemerintah cenderung menggunakan penamaan dan mempermalukan yang lebih besar sebagai respons terhadap dugaan serangan oleh peretas dari negara lain. Contohnya pada kasus yang menimpa Xiang.

"Mengingat ketegangan politik global, saya menyarankan untuk menerima berita tentang spionase yang menjamur melalui prisma evaluasi dan penilaian yang lebih independen," kata Ilia Kolochenko, pendiri dan CEO ImmuniWeb.

Kolochenko mengatakan, dakwaan oleh dewan juri dalam kasus federal adalah awal dari proses peradilan. Dari sudut pandang hukum, orang tersebut tetap tidak bersalah sampai vonis bersalah ditetapkan.

#Softwarepertanian   #algoritma   #cybersecurity   #cyberthreat   #perangteknologi   #asvschina   #monsanto

Share:




BACA JUGA
Politeknik Siber dan Sandi Negara Gandeng KOICA Selenggarakan Program Cyber Security Vocational Center
Hacker Pro Palestina Klaim Retas Data Puluhan Perusahaan Israel
Rawan Dibobol, Metrodata Alami Lonjakan Permintaan Jasa Cyber Security
BSSN Susun Peta Jalan Pembinaan Industri Keamanan Siber di Indonesia
Paket npm Berbahaya Ditemukan Eksploitasi Data Sensitif dari Pengembang