IND | ENG
Yuk, Simak Gagasan Nadiem Makarim Soal Pendidikan

Mendikbud Nadiem Makarim | Foto: Suara.com/Arya Manggala

Yuk, Simak Gagasan Nadiem Makarim Soal Pendidikan
Arif Rahman Diposting : Sabtu, 26 Oktober 2019 - 05:27 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menjadi harapan pemerintahan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia.

Jauh sebelum dirinya dilantik menjadi menteri, saat menjadi CEO Gojek, Nadiem telah menyoroti sejumlah hal yang harus dilakukan Indonesia agar berhasil di era digital. Yang utama ialah berinvestasi sektor sumber daya manusia (SDM).

"Ini bukan investasi jangka pendek, tapi investasi dalam lima atau 10 tahun ke depan," kata Nadiem saat berbicara sebagai pembicara di Seminar Utama Hari Oeang Ke-71 pada 2017.

Video pidato Nadiem ini belakangan hari semenjak dirinya menjabat menteri menjadi viral di jejaring sosial dan “isinya menjadi begitu relevan” karena jabatannya sekarang.

Nadiem mengatakan terdapat beberapa hal yang sifatnya wajib (mandatory) di dalam kurikulum pendidikan nasional. Indonesia, kata dia, dengan potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara maupun dunia, harus mempersiapkan diri berkompetisi secara global.

Nadiem mencontohkan para pemain teknologi raksasa Indonesia yang sudah sangat terbuka, seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak; semua bersaing secara global serta memiliki kompetitor di dunia internasional.

"Jadi, 100 persen kompetisi global," tegasnya.

Nadiem mengungkapkan, dunia pendidikan seharusnya menerapkan sejumah hal yang sifatnya mandatory di dalam kurikulum nasional, seperti berikut ini:

1. Bahasa Inggris

Penguasaan bahasa Inggris, menurut, Nadiem harus mandatory/wajib di sekolah karena lewat bahasa Inggris murid mengonsumsi konten dunia melalui jendela internet dan online.

Generasi yang memahami bahasa Inggris adalah generasi yang dipersiapkan untuk mencari ilmu pengetahuan sendiri. Menurut dia, apa yang dipelajari di sekolah sudah tidak berguna dan tidak berpengaruh karena yang paling penting adalah skill.

"Bagaimana berpikir, bagaimana berstruktur, bagaimana problem solving bagaimana berkolaborasi, sementara konten sudah enggak penting lagi. Saya mohon maaf kalau ini," ujar Nadiem.

"Tentu kalau mau jadi dokter, engineer, ada expertise yang diperlukan, tapi saya janji dalam 10 tahun semua pekerja harus me re-learn setiap lima tahun. Semua pasti belajar ulang lagi karena perubahan begitu cepat."

2. Bahasa Koding

Bahasa koding atau programming menjadi wajib menurut Nadiem karena dunia nyata dikendalikan oleh kode-kode virtual. Bahwa ada "kode-kode tak terlihat" yang menjalankan dunia saat ini sehingga SDM Indonesia harus mampu menguasai bahasa koding dari sekolah.

"Dulu kita bangun pakai semen, pakai bata, pakai pondasi, pakai baja. Nah, di dunia digital semua itu dibangun secara virtual. Artinya kita butuh membangun virtual-virtual ini, yaitu coder. Kalau kita tidak bisa menguasai bahasa koding, maka kita tidak akan bisa membangun dunia ini, virtual kita."

3. Statistik

Di era digital, kata Nadiem, semua orang akan selalu berbicara data. Kalau orang tidak bisa menganalisis data, tidak bisa melihat caps, tidak bisa melihat trend secara kritikal, maka orang itu akan terus dibodohi oleh data-data tersebut sehingga akan semakin tertinggal.

"Statistik adalah bahasa kita mengerti dan mengakses data secara kritis. Inilah critical course yang lacking (kurang) banget di Indonesia," kata dia.

4. Psikologi

Psikolog, menurut Nadiem, adalah unsur dari desain. Bahwa bahasa pemrograman lebih mudah dengan mengetahui psikologi. Misalnya ketika seorang programmer membuat software untuk rumah sakit, maka dia harus mengerti seluk beluk rumah sakit.

Saat programmer membuat software untuk mobil, maka dia harus mengerti tentang mobil. Setelah dia mengerti, dia juga harus mengingat banyak hal seperti: jenis apa yang akan dibuat serta variabel apa yang digunakan.

"Psikologi itu unsur desain. Unsur dari UX desain dan UI desain, bikin aplikasi, bikin web. Semua itu sebenarnya psikologi. Bagaimana kita men-engage, bagaimana kita men-engage suatu supplier di dalam platform kita. Bagi saya aneh psikologi tidak mandatory course di SMA."

5. Nasionalisme Sempit

Nasionalisme sempit menurut Nadiem lebih berbahaya dari masalah ekonomi. Lawannya adalah keterbukaan. Menurut Nadiem, Indonesia harus mengundang puluhan ribu engineer dari Silicon Valley, dari Bangalore, dari Beijing secepat mungkin.

Tujuannya agar engineer Indonesia segera mengejar ketertinggalannya.

"Sehingga ada teknologi transfer. Itulah cara kita bikin komunitas world class. Kemudian edukasi dari profesor luar negeri. Mungkin banyak orang tidak suka dengan opini ini, tapi kita harus mengundang the best of the worlds datang bekerja dan berkarya di sini."

Nadiem mengingatkan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia memang benar-benar nyata. Pendidikan nasional, kata dia, harus mendukung dalam rangka terciptanya "truly economy digital super power".

"Karena potensinya sudah jelas ada di Indonesia. Kesuksesan Indonesia di (ekonomi digital) Asia Tenggara sudah mutlak dan pasti karena kita adalah player terbesar."

#Mendikbud   #nadiemMakarim   #bahasaInggris   #koding   #psikologi   #ekonomidigital   #cyberthreat   #cybersecurity   #Siliconvalley   #bangalore   #Beijing   #internet   #online

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Politeknik Siber dan Sandi Negara Gandeng KOICA Selenggarakan Program Cyber Security Vocational Center
Survei APJII, Pengguna Internet Indonesia 2024 Mencapai 221,5 Juta Jiwa