IND | ENG
CIPS: Keamanan Siber Perlu Dukungan Payung Hukum yang Komprehensif

Ilustrasi Freepik

CIPS: Keamanan Siber Perlu Dukungan Payung Hukum yang Komprehensif
Alfi Syahri Diposting : Jumat, 16 September 2022 - 19:20 WIB

Cyberthreat.id – 15 September 2022, Upaya untuk menjaga keamanan siber atau cybersecurity perlu didukung payung hukum yang komprehensif untuk memastikan keamanan ekosistem digital bagi para pemangku kepentingannya.

“Berbagai kebijakan pembatasan sosial yang diberlakukan selama pandemi Covid-19 telah membawa perubahan dalam perilaku konsumen serta mempercepat transformasi digital Indonesia. Urgensi untuk menjamin keamanan siber menjadi semakin besar,” jelas Head of Economic Opportunities Research dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Trissia Wijaya, Jumat (16/9).

Pembahasan RUU Keamanan dan Ketahanan Siber perlu dilanjutkan dan dalam pelaksanaannya perlu melibatkan pihak swasta dan publik. Masukan dan best practice dari para pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk menciptakan UU yang mampu merespons permasalahan dan mengakomodir kepentingan semua pihak.

RUU ini kerap dikritik keras karena perumusannya di tahun 2019 minim dari partisipasi publik. RUU ini kemudian  dikeluarkan dari Program Legislasi Nasional tahun 2020 dan 2021.

Trissia menjelaskan, penanganan ancaman kejahatan siber tidak berjalan optimal karena saat ini payung hukum keamanan dan ketahanan siber masih terfragmentasi di beberapa kementerian. Kurangnya payung hukum yang komprehensif menyebabkan adanya tumpang tindih wewenang dan tanggung jawab sehingga berpotensi menyebabkan tertundanya respons pemerintah terhadap ancaman siber yang semakin meningkat.

Penelitian CIPS memperlihatkan bahwa keamanan siber mencakup praktik, tindakan dan upaya melindungi ekosistem siber termasuk aset perusahaan dan pengguna, dari serangan berbahaya yang bertujuan mengganggu kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi atau data.

Aset-aset yang dimaksud, termasuk tapi tidak terbatas pada, perangkat komputasi yang saling terhubung, infrastruktur penting, server, jaringan, dan informasi yang disimpan atau ditransmisikan dalam ekosistem siber.

Untuk mendapatkan RUU yang responsif dan mengakomodir kepentingan semua pemangku kepentingan, CIPS merekomendasikan, antara lain, perlunya Public-Private Dialogue (PPD) dalam pembahasan RUU. PPD dapat menjadi sarana dalam pertukaran informasi dan pengalaman yang relevan, membuat kebijakan lebih tepat sasaran dan bisa dilaksanakan dengan baik, serta didukung oleh pemangku kepentingan secara luas.

Selanjutnya perlu revisi RUU Keamanan dan Ketahanan Siber juga diperlukan agar peran, tanggung jawab dan pihak mana saja yang terkait dalam mengatasi ancaman keamanan siber terdefinisikan dengan jelas.

#CIPS   #KeamananSiber

Share:




BACA JUGA
National Cybersecurity Connect 2023 Kembali Digelar
Apple iOS 16.3 Hadir Dengan Dukungan Hardware Security Keys
CIPS: Regulasi Aliran Data Lintas Batas Indonesia Perlu Diperjelas
Cara Menggunakan Otentikasi Dua Faktor Untuk Situs Web Pada iPhone
Evaluasi Ekonomi Digital 2022, Inklusi, Konektivitas Internet dan Perlindungan Konsumen Masih Jauh dari Harapan