Cyberthreat.id – Permintaan layanan jaringan pribadi virtual (VPN) melonjak di Rusia sejak pemerintah memblokir platform media sosial, seperti Facebook dan Instagram.

Facebook diblokir tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina. Platform dituding telah membatasi akun media berita Rusia, seperti RT dan Sputnik.

Sementara, Instagram baru kemarin diblokir karena dianggap menyebarkan “informasi salah” tentang konflik Rusia dengan Ukraina. Rusia selama menyebut serangan ke Ukraina sebagai “operasi militer khusus”.

Alasan Rusia memblokir juga merespon kebijakan Meta Platform Inc, induk Facebook dan Instagram, yang membolehkan konten-konten kekerasan atau ujaran kebencian yang ditujukan kepada Rusia dan Vladimir Putin.

Menurut Top10VPN, perusahaan pemantauan internet, menjelang pelarangan Instagram kemarin permintaan layanan VPN melonjak hingga 2.088 persen, lebih tinggi dari permintaan rata-rat harian pada medio Februari 2022, tulis Reuters pada 14 Maret lalu.

Analisis data Top10VPN terhadap lebih dari 6.000 entri ke registri pusat situsweb yang diblokir Rusia menemukan bahwa 203 situsweb berita dan 97 situsweb valuta asing dan crypto saat ini diblokir di Rusia.

Layanan VPN biasanya dipakai untuk menerobos blokir pemerintah agar bisa mengakses situsweb yang dianggap terlarang. Selain itu, VPN berfungsi mengenkripsi data lalu lintas di internet serta mengaburkan lokasi pengguna.

Tahun lalu, enam layanan VPN dilarang oleh pemerintah Rusia, tapi gagal diblokir sepenuhnya. Keenam layanan tersebut, antara lain Hola! VPN, ExpressVPN, KeepSolid VPN Unlimited, Nord VPN, Speedify VPN, dan IPVanish VPN. Badan pengawas telekomunikasi Rusia, Roskomnadzor, mengatakan, bahwa layanan VPN yang diblokir itu dapat digunakan untuk mengakses konten terlarang, seperti pornografi anak dan obat-obat narkotika. (Baca: Rusia Blokir Enam Penyedia VPN, Salah Satunya NordVPN)[]