Cyberthreat.id – Perusahaan game terkemuka asal Prancis, Ubisoft, mengakui telah mengalami serangan siber dua pekan lalu.

Perusahaan baru mengumumkan insiden tersebut pada Jumat (11 Maret 2022) di blog perusahaan.

“Ubisoft mengalami insiden keamanan siber yang menyebabkan gangguan sementara pada sejumlah game, sistem, dan layanan kami,” tulis perusahaan.

Pada 4 Maret, pengguna di Twitter dan DownDetector sempat melaporkan masalah mengakses beberapa layanan Ubisoft.

“Sebagai tindakan pencegahan, kami mengatur ulang kata sandi di seluruh perusahan,” kata perusahaan.

Ubisoft mengatakan semua game dan layanan perusahaan masih berjalan normal. “Tidak ada bukti bahwa informasi pribadi pemain diakses atau dieskpose akibat dari insiden tersebut,” ujar perusahaan.

Berkantor pusat di Montreuil dengan studionya di seluruh dunia, Ubisoft dikenal denga game populer, seperti Assassin's Creed, Far Cry, For Honor, Just Dance, Prince of Persia, Rabbids, Rayman, Tom Clancy's, dan Watch Dogs.

Pada 8 Maret lalu, Ubisoft mengumumkan bahwa telah menunda penjualan produknya di Rusia sebagai bentuk memberikan sanksi kepada Rusia atas serangan ke Ukraina.

Dalam beberapa pekan terakhir, di tengah gelombang perang siber Rusia dan Ukraina, serangan dunia maya lain juga masih terjadi dengan menargetkan profil tinggi. Sebelumnya, Nvidia juga diserang oleh peretas dan data kredensial karyawan dibocorkan di dark web. Tak lama,  pada 7 Maret, peretas mengkaim telah mencuri kode sumber Samsung Galaxy.

Peretas berjuluk Lapsus$ mengaku bertanggung jawab atas dua serangan tersebut.

Pada Jumat lalu, di sebuah saluran Telegram yang diduga dijalankan oleh geng Lapsus$ mengunggah tautan berita serangan siber Ubisoft yang dibuat The Verge. Dalam sebuah komentar di saluran itu, geng peretas tersebut “mengonfirmasi” bahwa mereka tidak menargetkan informasi pelanggan Ubisoft.[]