
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Kepala eksekutif NSO Group -- perusahaan berbasis di Israel yang perangkat lunak mata-mata alias sypware buatannya telah digunakan untuk memata-matai jurnalis dan pembela hak asasi manusia di seluruh dunia-- telah mengundurkan diri menyusul tuduhan bahwa spyware mereka juga digunakan untuk diam-diam mengawasi warga Israel.
Kabar tentang hengkangnya Asher Levi dari NSO dilaporkan oleh media Israel Haaretz pada hari Selasa. Namun, kepada Associated Press Levi mengatakan bahwa kepergiannya direncanakan beberapa bulan sebelumnya dan tidak terkait dengan berita terkini. Situs web NSO menyebut Asher Levy menjabat sebagai Executive Chairman sejak 1 April 2020.
"Saya bisa mengerti mengapa orang menghubung-hubungkan. Pada kenyataannya itu tidak ada hubungannya dengan berita terkini, bisa dikatakan, di sekitar NSO,” kata Levi.
NSO telah terlibat dalam skandal domestik seperti diberitakan media Israel Calcalist bahwa polisi di Israel telah menggunakan spyware Pegasus sejak 2013.
Menurut Calcalist, spyware Pegasus telah digunakan untuk memantau ponsel para pemimpin protes dan aktivis anti-pemerintah lainnya, meskipun pimpinan polisi Israel mengklaim aktivitas pemantauan itu dilakukan dalam batas-batas hukum. Menyusul laporan itu, Jaksa Agung Israel telah mengumumkan penyelidikan atas klaim tersebut. [Lihat: Jaksa Agung Israel Perintahkan Penyelidikan terhadap Spyware NSO Group]
Sebelumnya, pada November 2021, Itzik Benbenisti yang baru dua pekan diangkat sebagai CEO NSO Grup menggantikan Shalev Hulio juga memilih mundur. Keputusan itu terjadi setelah Amerika Serikat mengumumkan telah menempatkan perusahaan NSO Group dalam daftar hitam ekspor, dengan mengatakan bahwa alat-alatnya telah digunakan untuk “penindasan transnasional”. [Lihat: CEO NSO Israel Pembuat Spyware Pegasus Mundur setelah Sanksi AS]
Tahun lalu, sekelompok organisasi media melaporkan penggunaan Pegasus terhadap jurnalis, aktivis, dan politisi di berbagai negara di dunia. Analisis forensik telepon menunjukkan bahwa di Hungaria, jurnalis, aktivis, dan pengacara telah menjadi sasaran Pegasus. Spyware itu juga terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis Arab Saudi dan koresponden Washington Post. [Lihat: Amerika Sebut Putra Mahkota Saudi Dalangi Pembunuhan Khashoggi yang Libatkan Penyadapan WhatsApp]
Dalam gugatan WhatsApp terhadap NSO pada April 2020, disebutkan bahwa Indonesia termasuk negara yang membeli lisensi alat peretas Pegasus. Namun, pemerintah Indonesia tak pernah secara terbuka mengakuinya. (Lihat: Ada Indonesia dalam Gugatan Peretasan WhatsApp Memakai Pegasus Buatan NSO Israel).[]
Share: