IND | ENG
Dirut Telkom Beberkan Kendala Pemulihan Putusnya Kabel Serat Optik di Papua

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Dirut Telkom Beberkan Kendala Pemulihan Putusnya Kabel Serat Optik di Papua
Andi Nugroho Diposting : Rabu, 09 Juni 2021 - 13:07 WIB

Cyberthreat.id – Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah mengatakan, pemulihan terhadap putusnya kabel serat optik ruas Biak-Jayapura terkendala hal teknis.

Salah satunya, kapal yang dipakai untuk proses penyambungan kabel bawah laut. Menurut Ririek, kapal datang terlambat dan baru bisa beroperasi awal Juni, padahal kabel putus pada 30 April 2021 pukul 19.40 WIB.

“Antara tanggal 1 sampai 18 Mei, kami melakukan pengurusan dan persiapan kapal yang juga harus berangkat dari titik awal keberadaannya menuju Makassar. Karena di Makassar-lah tempat menyimpan untuk kabelnya, termasuk penyiapan awak dan sebagainya,” ujarnya, Senin (7 Juni).

Ia menyampaikan hal itu dalam jumpa pers bersama Menteri Kominfo Johnny G. Plate dan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Ahmad Ramli.

Selanjutnya, ujar Ririek, kapal diberangkatkan pada 19 Mei menuju Jayapura. “Jadi, baru sampai di Jayapura akhir Mei, kemudian akhir Mei sampai hari ini (Senin, red) adalah proses penyiapan untuk penyambungannya,”tutur dia dikutip dari situs web Kominfo.go.id, diakses Rabu (9 Juni).

Ririek mengatakan ketika gangguan terjadi, Telkom  menyediakan pasokan cadangan secara bertahap.

“Sebenarnya backup kami sediakan bertahap, karena yang namanya satelit kapasitasnya tidak sebesar fiber optic, sehingga tidak mungkin backup-nya ini menggunakan satelit dan microwave bisa sebesar 154 Gbps tadi,” ujarnya.

Putusnya kabel laut tersebut berdampak pada trafik  komunikasi di seluruh Papua, yaitu sekitar 154 Gbps atau sepertiga dari total trafik sebesar 464 Gbps.

Menurut Ririek , dukungan cadangan yang telah disiapkan itu masih untuk mengaktifkan layanan voice (suara) yang langsung pulih pada 30 April sekitar pukul 22.30 WIB.

“Selanjutnya, kami tambah kapasitas backup dengan mengaktifkan lagi di satelit maupun di microwave dan juga ada fiber optic. Sehingga, pada tanggal 17 Mei itu menjadi 4,7 Gbps, seluruh layanan sebetulnya sudah pulih, tapi kapasitas atau speed belum kembali normal karena keterbatasan kapasitas backup yang hanya 4,7 Gbps,” jelasnya.

Sementara itu, Menkominfo mengatakan, kapasitas 4,7 Gbps itu ditunjang dari pemanfaatan link satelit sebesar 2.662 Mbps, radio long haul Palapa Ring Timur 500 Mbps atau setengah Gbps, dan radio long haul Sarmi-Biak 1,6 Mbps atau 1,6 Gbps. Sementara, untuk mengamankan kualitas link pada saat proses penyambungan, PT Telkom juga menyediakan backup link, khususnya untuk wilayah Manokwari dan Biak sebesar 40 Gbps melalui Palapa Ring Timur.

“Dengan demikian, belum memungkinkan pemulihan menyeluruh layanan telekomunikasi di wilayah empat titik,” jelas Menkominfo.

Yang dimaksud empat titik yaitu Kota Jayapura, Abepura, Sentani, dan Sarmi.

Ditarget sepekan ke depan

Menteri Johnny menuturkan, untuk perbaikan kabel bawah laut harus membutuhkan kapal. “Sementara Indonesia hanya memiliki 4 kapal yang memungkinkan mampu melakukan penggelaran kabel bawah laut. Dua di antaranya tidak berfungsi, satu sedang melakukan overhaul dan maintenance,” ujarnya.

“Dan, hanya tersisa satu kapal, dan saat ini satu kapal itulah yang digunakan oleh PT Telkom untuk menggelar, mengangkat kabel yang terputus, dan menyambung kabelnya,” ia menambahkan.

Menkominfo berharap pemulihan layanan dapat dilakukan secepatnya. Faktor alam, seperti cuaca juga mengganggu tim teknisi dalam bekerja.

Ia mendesak agar PT Telkom dapat menyelesaikan persoalan tersebut paling lambat sepekan ke depan. “Setidaknya di bulan ini pemulihan operasi ke kapasitas semula bisa dilakukan,” tutur Johnny.

Menurut Johnny, PT Telkom sebetulnya telah menyiapkan rute-rute backup. Bahkan, sebagai langkah mitigasi, PT Telkom telah menyiapkan rute di wilayah utara, yaitu dari Biak sampai sekitar Sorong sepanjang lebih dari 1.100 kilo meter kabel atau 1.141 km panjang kabel bawah laut. Rute itu telah dimulai pembangunannya sejak 2020, dan diharapkan selesai pada kuartal pertama tahun 2022.

“Jadi nanti di Papua ada tiga rute mencakup rute selatan, rute tengah, dan rute utara. Sehingga ada transmisi data dari wilayah barat ke Papua dan dari Papua ke wilayah barat Indonesia,” jelasnya.

Di saat yang bersamaan, pembangunan the last mile, BTS (Base Transceiver Station) oleh Kominfo di Papua akan dilakukan tahun ini dan 2022 untuk keseluruhan wilayah Papua.

“Kami berharap, sekitar 5.000 BTS dapat digelar di Papua dan siap untuk melayani masyarakat di akhir 2022,” tutur Menkominfo.[]

#kabelseratoptik   #kemenkominfo   #menkominfo   #jayapura   #papua   #telkomsel   #gangguaninternet   #telkom

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
INA Digital Mudahkan Masyarakat Akses Layanan Publik dalam Satu Aplikasi
Wamenkominfo Apresiasi Kolaborasi Tingkatkan Kapasitas Talenta AI Aceh
Utusan Setjen PBB: Indonesia Berpotensi jadi Episentrum Pengembangan AI Kawasan ASEAN